
Gawat! Krisis Eropa Buat Jutaan Orang Tak Bisa Bayar Listrik

Bukan hanya Eropa, sebenarnya krisis energi juga terjadi di Asia. Dua raksasa China dan India juga mengalami pemadaman.
Krisis listrik di China terjadi ketika permintaan energi negara itu melonjak melewati tingkat pra-pandemi. Namun, pembatasan impor batu bara dari Australia akibat pertikaian politik, menekan pasokan komoditas itu.
Sebelumnya krisis energi ini juga terhubung dengan ambisi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon pada 2030. Presiden China Xi Jinping berencana untuk mulai menghentikan operasional pembangkit batu bara dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Namun untuk mencapai target itu, dibutuhkan pembangunan 100 gigawatt pembangkit tenaga surya dan 50 gigawatt tenaga angin setiap tahun untuk menyeimbangkan kenaikan konsumsi sebesar 5%. Hal ini jauh dari pertumbuhan energi terbarukan tahunan China yang baru mencapai setengah dari itu.
Sementara itu, untuk mengamankan krisis listrik agar tak semakin gawat, Gubernur Provinsi Jilin Han Jun, berjanji akan meningkatkan meningkatkan pasokan listrik lokal dengan memperbesar skala impor batu bara. China, diketahui merupakan konsumen batu bara terbesar saat ini.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) juga mendesak perencana ekonomi lokal, administrasi energi dan perusahaan kereta api untuk meningkatkan transportasi batu bara. Pasalnya China sebentar lagi mendekati musim dingin, di mana kebutuhan energi untuk pemanas juga meningkat.
"Setiap perusahaan kereta api harus memperkuat transportasi batu bara ke pembangkit listrik dengan persediaan kurang dari tujuh hari dan meluncurkan mekanisme pasokan darurat tepat waktu," kata NDRC.
Di India, perusahaan utilitas di negeri itu ramai-ramai mengamankan pasokan batu bara setelah lonjakan permintaan listrik dari industri dan impor yang lambat. Ini karena rekor harga global karena rebound permintaan listrik, belum lagi persaingan dengan China.
Data pemerintah menunjukkan setengah dari 135 pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) hanya memiliki stok bahan bakar kurang dari tiga hari. Padahal, aturan pemerintah federal, pasokan setidaknya harus ada untuk dua minggu.
"Kegentingan pasokan diperkirakan akan berlanjut," kata unit lembaga pemeringkat S&P CRISIL dalam sebuah laporan.
"Inventarisasi batu bara di pembangkit (India) akan meningkat secara bertahap hingga Maret nanti," prediksi lembaga itu lagi.
Secara detil, konsumsi listrik negara-negara bagian yang fokus ke Industri terus naik. Di Maharashtra, Gujarat dab Tamil Nadu misalnya, konsumsi tumbuh 13,9 hingga 21% dalam tiga bulan hingga September.
"Tahun ini kami melihat pertumbuhan yang luar biasa dari permintaan industri," kata Direktur regulator listrik Gujarat, Shameena Husain.
Meskipun pasokan batu bara India menyusut, pemadaman listrik skala besar belum terjadi. Tapi mengutip Reuters, ini sudah terlihat di Uttar Pradesh, Bihar dan Kashmir.
[Gambas:Video CNBC]
