
Duh! 88 Jembatan Timbang tidak Efisien, Ada yang akan Ditutup

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai menawarkan aset transportasi angkutan darat kepada swasta. Hal ini dilakukan karena keterbatasan anggaran untuk pengembangan fasilitas dan mempercepat proses perbaikan pelayanan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi mengatakan, dari tahun 2017-2020, ada 125 terminal penumpang tipe A yang diserahkan ke Kemenhub. Namun, ada keterbatasan dalam anggaran. Sementara pemerintah mau melakukan akselerasi perbaikan layanan.
"Ini jalan yang terbaik menyangkut kerja sama ini," katanya dalam investor gathering, Senin (4/10/2021).
Budi mengatakan, ada 125 terminal lebih dengan potensi dan luasan yang beragam. Saat ini, sudah ada sejumlah terminal yang sedang dikembangkan dalam konsep mixed used, yakni terminal Anak Air, Guntur Melati, Bulupitu, Mangkang, Tirtonadi, dan Entrop.
Jadi dengan konsep mixed used fungsi terminal tidak hanya untuk pengangkutan penurunan penumpang, namun ada kegiatan lain seperti hotel, apartment, terminal, ballroom, tempat olah raga, rekreasi, dan tempat perbelanjaan.
Begitu juga dengan jembatan timbang dan dermaga. Pemerintah membuka opsi kerja sama pengelolaan dalam dua fasilitas tersebut.
Menurut Budi, ada 88 jembatan timbang di Indonesia yang beberapa sudah tidak efisien.
"Ada jembatan timbang lain di posisi yang sama. Ini makanya ada potensi kelebihan lahan di terminal, atau jembatan timbang yang tidak akan kita gunakan. Jadi ada jembatan timbang yang akan kita realokasi atau tutup," katanya.
Budi mengatakan ini potensi besar untuk swasta memanfaatkan jembatan timbang untuk kegiatan lainnya. Bisa untuk rumah sakit, perhotelan, sekolah, atau rest area.
Saat ini sudah ada beberapa terminal yang dikerjasamakan dengan PT ASDP (Persero) dengan pembangunan kawasan Transit Oriented Development (TOD). Begitu juga dengan pihak lainnya difungsikan untuk perguruan tinggi, tempat olahraga dan kegiatan sosial lainnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Mudik Nataru, 3,9 Juta Orang Andalkan Angkutan Umum