
Fenomena 'Resesi Seks' di Banyak Negara, Inikah Pemicunya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS), China, Jepang, Korea Selatan (Korsel) hingga Singapura sedang mengalami fenomena 'resesi seks' dalam beberapa tahun terakhir.
Sebenarnya, resesi berarti kemerosotan. Adapun dalam istilah ekonomi, resesi dipakai saat terjadi pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun. Resesi seks sendiri merujuk pada turunnya mood pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak.
Di sejumlah negara, resesi seks kini muncul sebagai dampak dari sejumlah soal. Pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu biang keladi yang mengganggu rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua.
Sejak sekitar 2012, para peneliti AS telah memperhatikan tren yang tidak biasa, yakni angka orang Amerika yang berhubungan seks saat ini berkurang jauh daripada dekade sebelumnya.
Laporan The Washington Post beberapa tahun lalu sempat menyebut adanya "Kekeringan Seks Amerika Hebat".
Mereka mencatat bahwa 23% rang dewasa mengaku tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir. Pria muda yang tinggal di rumah dan tidak bekerja mendorong tren ini.
"Kami melihat peningkatan yang cukup mencolok dalam bagian orang yang tidak sering berhubungan seks, terutama dalam pangsa orang dewasa yang lebih muda," kata W. Bradford Wilcox, Direktur Proyek Pernikahan Nasional di University of Virginia, dikutip dari Today, Minggu ini (3/10/2021).
"Kita telah sampai pada hari sekitar 50 tahun setelah revolusi seksual dan apa yang kita lihat adalah penurunan seks di kalangan orang dewasa muda. Tidak ada seorang pun, termasuk saya sendiri, yang dapat memprediksi hal ini," tambahnya.
Tampaknya orang dewasa juga kurang tertarik untuk berkencan dan tidak mencoba hal itu. Wilcox menyebutnya sebagai "budaya hati-hati".
"Untuk apa pun yang lebih berisiko, termasuk seks, ada kecenderungan orang dewasa yang lebih muda untuk mendekatinya dengan lebih hati-hati daripada yang terjadi 30 tahun lalu," kata Wilcox.
Para ahli juga mengidentifikasi beberapa alasan mengapa orang pada umumnya kurang berhubungan seks. Terutama, orang-orang yang menunda pernikahan.
"Waktu yang dihabiskan di luar pernikahan cenderung mengarah pada berkurangnya aktivitas seksual," kata Christine Whelan, Direktur Inisiatif Uang, Hubungan dan Kesetaraan di Sekolah Ekologi Manusia di University of Wisconsin, Madison.
"Orang-orang yang bermitra dalam hubungan jangka panjang yang berkomitmen memiliki lebih banyak akses ke seks dan melakukannya lebih teratur," tambahnya.
Whelan juga percaya peningkatan ketergantungan pada smartphone dan layar sebagai alasan terjadinya resesi seks. Ponsel pintar dianggap mengurangi keintiman antar pasangan.
Sebelumnya fenomena ini disampaikan jurnalis senior CNBC International AS, Jake Novak, dalam tulisannya yang menyatakan terjadinya resesi seks, merujuk pada turunnya mood warga untuk melakukan hubungan seksual dan menikah.
Di sejumlah negara, resesi seks kini muncul sebagai dampak dari sejumlah soal. Pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu biang keladi yang mengganggu rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahaya Mr Biden! 'Resesi Seks' AS Makin Parah, Ini Buktinya