Ada Sekolah Tatap Muka, Bos Pabrik Sepatu Happy!
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri alas kaki berharap pembelajaran tatap muka (PTM) atau pembelajaran secara offline di sekolah tetap bisa berjalan. Pasalnya, sudah ada permintaan dari kalangan ritel untuk meningkatkan jumlah produksi sepatu.
"Evaluasi sekolah kalau terjadi kluster yang diterapkan protokolnya, jangan stop totally lagi, ini ada persepsi kemarin-kemarin pelaku optimis sekolah tatap muka jalan makanya ada order masuk ke pabrik. Kalau ada pengetatan lagi agak repot juga," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo)Firman Bakri kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/9/21).
Kalangan pengusaha sepatu memang diuntungkan dengan adanya PTM karena permintaan sepatu bakal meningkat. Sebaliknya, ketika sekolah online berlangsung selama 1,5 tahun kemarin, maka permintaan sepatu sangat jatuh. Apalagi, beberapa bulan lalu ketika PTM sudah direncanakan bakal digelar, pengusaha sepatu sempat terkena 'prank'.
"Back to school sebenarnya persiapannya di bulan Mei, Juni kemarin, jadi sudah ancang-ancang bahwa Juli seharusnya ada tatap muka. Tapi begitu Juli PPKM (darurat) pasti langsung di-hold dan untungnya setelah PPKM longgar dan tatap muka jalan, beberapa permintaan kemudian jalan lagi," sebut Firman.
Meski sudah ada permintaan, namun itu masih jauh dibandingkan waktu normal. Karenanya, jika ke depan PTM kembali distop, maka industri alas kaki menjadi salah satu yang paling dirugikan.
"Permintaan secara kuantitas masih kecil, belum besar tapi dibanding PPKM masih ada order. Di Mei kemarin, lebaran, tren ritel cukup bagus, beberapa pemilik merk stoknya mulai keluar, makanyaorderlagi ke pabrik tapi dikit-dikit," ujarnya.
Di sisi lain, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim juga ingin sekolah tatap muka kembali jalan. Pandemi menurutnya memperparah kesenjangan ini terutama dengan adanya hambatan akses internet dan ketersediaan gawai untuk belajar.
Saat ini 40% sekolah di Indonesia telah melakukan sekolah tatap muka, dia menegaskan angka ini masih kecil dibandingkan yang seharusnya.
"Kalau tidak mau ketinggalan anak-anak harus tatap muka dengan protokol kesehatan yang teraman yang bisa dilakukan di masing-masing daerah," tegasnya kemarin.
(hoi/hoi)