Vietnam Lockdown, Pabrik Nike Cs di RI Kena Durian Runtuh
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan dari lockdown beberapa negara industri seperti Vietnam. Salah satu yang mendapat 'durian runtuh' adalah industri alas kaki atau sepatu bermerek.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen sepatu brand kenamaan dunia seperti Adidas hingga Nike dan lainnya. Sedangkan Vietnam juga selama ini memproduksi produk yang sama.
Melihat tren permintaan saat ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri optimistis geliat industrinya bakal terus tumbuh.
"Industri alas kaki Indonesia untuk ekspor dari 2020 kemarin selama pandemi tumbuh di 8,9%. Di 2021 kita masih tumbuh bahkan Januari-Juli di angka 14% jadi mungkin kalau kondisi bagus, kita bisa menutup akhir tahun dengan ekspor di atas US$ 5 miliar," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/9/21).
Sebagai catatan, ekspor sepatu Indonesia meraih catatan tertinggi sebelum memasuki pandemi Covid-19, yakni pada 2018 silam dengan nilai US$ 5,1 miliar. Melihat negara lain seperti Vietnam lockdown, potensi untuk melampaui angka tersebut sangat besar karena negara tersebut salah satu saingan utama Indonesia dalam industri alas kaki.
"Kita memasuki peak season global, natal dan tahun baru, dan sudah mulai produksi September. Kita optimis kelihatannya selama beberapa bulan kemarin Amerika-Eropa kondisi masih bagus, jadi prediksi pasar akhir tahun masih bagus," sebut Firman.
Demi memastikan agar permintaan dari pasar ekspor bisa terus terpenuhi, Ia berharap agar produksi dari pabrikan bisa tetap berjalan. Seperti diketahui, saat ini sejumlah pabrik alas kaki sudah menjalani produksi dengan kapasitas 100%.
"Akhir tahun jangan sampai pengetatan lagi, ada natal dan tahun baru kita harap bisa menggerakkan pasar dalam negeri. Kalau misalnya terjadi klaster, yang diterapkan protokol kesehatan ketat, jangan stop total lagi, jangan sampai pengetatan," kata Firman.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam sempat mengakui kondisi lockdown di Vietnam memang berdampak pada limpahan order ke industri dalam negeri.
"Saat ini, PT GI dan PT SCI sedang mendapatkan limpahan order dari Vietnam dan negara kawasan lainnya yang sedang lockdown akibat pandemi Covid-19 gelombang kedua," ujarnya melalui keterangan resmi usai melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah, Selasa (28/9/2021).
Limpahan orderan tersebut membuat PT Globalindo Intimates (GI) di Kabupaten Klaten dan PT Selalu Cinta Indonesia (SCI) di Salatiga akan melakukan produksi secara penuh hingga tahun 2023. Sehingga kembali membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk melakukan produksi.
Pabrik Vietnam Kewalahan
Lockdown ketat dan berkepanjangan di Vietnam memicu kelangkaan produk. Ini mulai dari sepatu dan sweater hingga suku cadang mobil dan kopi.
Kemacetan yang terjadi pada pabrik-pabrik Vietnam jadi krisis yang mengakibatkan lonjakan inflasi dan meningkatkan kekhawatiran laju pemulihan ekonomi global. Pasalnya Vietnam sendiri merupakan salah satu tempat produksi merek-merek fesyen dunia.
Direktur Italia Hung Yen Knitting & Dyeing, Claudia Anselmi, mengatakan khawatir jika pabrik kain di timur kota Hanoi tidak dapat bergerak. Perusahaan sendiri merupakan roda penggerak utama dalam rantai pasokan beberapa raksasa pakaian Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Awalnya kami kekurangan orang (untuk bekerja) karena semua orang terjebak di rumah," kata Anselmi, yang kain perusahaannya digunakan dalam pakaian renang dan pakaian olahraga untuk pelanggan termasuk Nike, Adidas, dan Gap, dikutip Rabu (29/9/2021).
(hoi/hoi)