Utang Cuma Secuil AS, Kenapa RI Bisa Dianggap Paling Rentan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Utang pemerintah Indonesia memang hanya secuil dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS). Akan tetapi Indonesia masih dianggap lebih rentan. Kok Bisa?
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/9/2021) menjelaskan, dalam melihat utang, tidak cukup hanya berdasarkan jumlahnya. Akan tetapi juga dari rasio terhadap total perekonomiannya.
"Untuk mengukur besar utang sehingga dapat dikatakan besar atau tidak memang tidak bisa langsung dilihat besar nominalnya, harus dibandingkan dengan PDB-nya atau rasio terhadap PDB. Tapi tetap secara persentase PDB, utang AS memang sudah sangat tinggi sekali, sudah di atas 100% PDB," jelasnya.
Nilai utang Amerika Serikat (AS) sampai saat ini sudah mencapai US$ 28,427 triliun. Namun, jika melihat data dari US Debt Clock, yang melihat posisi real time utang AS saat ini mencapai US$ 28,781 triliun atau Rp 410.129 triliun.
Jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), utang tersebut sebesar 125% dari PDB nya. Utang yang cukup fantastis ini juga sudah melebih batas utang AS yang saat ini sebesar US$ 28,4 triliun.
Dari data Kementerian Keuangan, posisi utang pemerintah per akhir Juli sebesar Rp 6.570,17 triliun dengan rasio 40,51% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika dilihat, utang ini meningkat tajam yakni Rp 1.135,31 triliun dibandingkan posisi akhir Juli 2020 yang sebesar Rp 5.434,86 triliun. Rasio utang tahun lalu di periode yang sama juga hanya 33,63% terhadap PDB.
Faisal menekankan, kekuatan AS adalah sebagai dengan ekonomi terbesar di dunia. Di mana mata uang dolar AS adalah penguasa dunia.
"AS mungkin berani menambah utang karena AS adalah ekonomi terbesar di dunia dengan mata uang USD yang merupakan safe haven currency. Dan USD juga dijadikan cadangan devisa oleh sebagian besar negara-negara di dunia (the Bretton Woods System)," terang Faisal.
Sementara Indonesia, kapasitas ekonominya tidak sebesar AS dan cenderung rapuh. Buktinya saja ketika ekonomi global runtuh, maka Indonesia pasti akan terkena dampak cukup berat. Jadi kemampuan untuk berutang juga sangat terbatas.
"Kalau perekonomian global collapse, perekonomian nasional kita pasti akan terseret. Perekonomian kita juga akan ikut collapse akan terjadi capital outflows rupiah melemah, fiskal akan tertekan," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia.
(mij/mij)