Evergrande Effect Mereda, Harga Tembaga Bangkit

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
22 September 2021 08:24
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia bangkit setelah kekhawatiran terhadap Evergrande yang memiliki risiko gagal bayar utang mulai mereda.

Investor pun masih menanti hasil FOMC (Federal Open Market Committee) terkait tapering yang akan diumumkan pada hari Rabu pagi.

Pada Rabu (22/9/2021) pukul 07:50 WIB, harga tembaga pasar London (London Metal Exchange/LME) tercatat US$ 9,072.50/ton. Naik 0,59% dari posisi kemarin.

TembagaFoto: Investing.com
Tembaga

"Evergrande Effect" terlihat mulai mereda. Indeks Hang Seng (Hong Kong), tempat Evergrande listing, ditutup menguat 0,51% pada perdagangan kemarin.

Sebelumnya kabar Evergrande yang default memberi efek panic selling di pelaku pasar sehingga membuat harga tembaga ambrol.

Investor cemas stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi China terganggu karena perusahaan yang memiliki utang US$ 300 miliar ini bisa ambruk.

Ada trauma tersendiri dari kejadian tahun 2008 saat Lehmann Brothers bangkrut dan jadi pemantik krisis global. Beberapa analis pun menyebut Evergrande sebagai Lehman Brothers China.

Walaupun kepanikan pasar karena Evergrande mulai mereda, gerak tembaga masih tertahan hasil rapat The Fed.

Rapat The Fed kali ini menjadi special di mata investor karena harapan waktu pelaksanaan tapering akan lebih jelas.

Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya mengindikasikan jika tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan tepat dilakukan di tahun ini. Beberapa pejabat elit The Fed juga sudah terang-terangan mengatakan ingin melakukan tapering di bulan November.

Tapi indikator ekonomi AS seperti inflasi dan klaim pengangguran yang di bawah harapan.mengaburkan kepastian tapering.

"Sulit untuk antusias mulai melakukan tapering jika laju pemulihan pasar tenaga kerja memburuk" kata William English, profesor di Yale School of Management, dilansir Reuters.

Ole Hansen, kepala komoditas strategi di Saxo Bank di Kopenhagen masih memandang positif harga tembaga di masa depan walaupun tantangan dalam jangka pendek masih besar terkait Evergrande dan tapering.

"Prospek jangka pendek untuk tembaga adalah apakah kita dapat bertahan di atas level $9.000 itu dan menghindari beberapa tambahan likuidasi panjang berdasarkan perkembangan jangka pendek, sementara prospek jangka panjang tetap positif seperti sebelumnya," kata Ole.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Smelter 'Raksasa' Tembaga RI Siap Beroperasi Hingga Dolar Terbuang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular