Deretan Kisah Mereka yang Antivaksin Meninggal Akibat Covid

News - Yuni astutik, CNBC Indonesia
19 September 2021 13:37
Gravediggers carry the casket of someone presumed to have died from coronavirus as they are buried without any family present at Mount Richmond Cemetery in the Staten Island borough of New York, Tuesday, April 7, 2020. In a marathon of grief at this small Jewish cemetery mounds of dirt are piling up as graves are opened, vans are constantly arriving with bodies aboard and a line of white signs is being pressed into the ground marking plots soon to be occupied. Families are being kept away from their loved one's gravesite at the cemetery, which caters to those with little or nothing. (AP Photo/David Goldman) Foto: Pemakaman Covid-19 di New York (AP/David Goldman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin terbukti melindungi diri penularan covid-19 serta jika memang terpapar, gejala yang dialami terbilang ringan dibanding tidak vaksin.

Sayangnya, banyak orang yang engan melakukan vaksin dengan beberapa alasan. Kaum antivaksin ini umum menyuarakan pendapatannya di sosial media.

Berikut sekelumit kisah deretan antivaksin yang mengaku menyesal tidak melakukan vaksinasi dan baru sadar saat detik-detik terakhir.

Kisah pertama datang dari pasangan antivaksin Dusty dan Trsitan Graham yang populer karena menjual barang-barang antik. Di balik kepopuleran keduanya, mereka kerap menyebut bahwa vaksin adalah pelanggaran HAM.

Malang tak dapat ditolak, saat kedua terinfeksi corona, mereka dinyatakan terkena kompikasi dan gejala parah. Kabar buruknya, mereka meninggal dalam tidurnya.

"Sayangnya Dusty dan Tristan telah meninggal dunia. Terima kasih atas semua kata-kata baik dan membantu kami selama masa sulit ini," tulis putri pasangan itu, Windsor Graham di halaman GoFundMe mengutip detik, Minggu (19/9/2021).

Kedua, kisah datang dari pasangan asal Amerika Serikat yang menolak divaksin karena alasan kemandulan. Mereka termakan hoaks, informasi salah mengenai vaksinasi bisa mengganggu kesuburan.

Saat terinfeksi, keduanya mengalami gejala parah. Maria Vibandor yang merupakan sepupu Hayes mengaku bahwa informasi yang telah membunhnya.

Wendell maupun Eskew yang saat itu dalam kondisi yang sehat mengadakan pesta lajang di Nashville. Sepekan kemudian, seminggu sebelum divaksinasi, keduanya mulai sakit. Saat dites, keduanya dinyatakan positif.

Meski tidak memiliki riwayat komorbid, mereka harus dirawat di rumah sakit dan menggunakan ventilator karena kondisinya terus memburuk. Tak lama, calon mempelai wanita harus meninggal karena COVID-19.

Kisah berikutnya tak kalah menohok karena seorang pria asal California, Amerika Serikat, kerap mengolok-olok vaksin COVID-19 di media sosial.

Adalah Stephen Harmon yang dikenal sangat vokal dalam menentang vaksin COVID-19. Pria berusia 34 tahun ini bahkan sering membuat candaan bernada sarkastis mengenai vaksin COVID-19.

Dirinya lantas dirawat setelah mengidap pneumonia dan COVID-19 di sebuah rumah sakit di kota Los Angeles. Stephen dinyatakan meninggal dunia sebulan setelah terinfeksi pada Rabu (21/7/2021).

Menjelang kematiannya, dia mengunggah sebuah foto untuk mendokumentasikan perjuangannya melawan COVID-19 di rumah sakit. Dalam kicauannya yang terakhir Harmon mengatakan akan menggunakan alat bantuan pernapasan akibat COVID-19.

"Tidak tahu kapan saya akan bangun. Mohon doanya," ujarnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Studi Menunjukkan Mencampur Vaksin Hasilkan Kekebalan 'Super'


(yun/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading