Bos Freeport Beberkan Alasan Memilih JIIPE untuk Smelter Baru

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 September 2021 20:49
Lahan Smelter Freeport  di Gresik (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Lahan Smelter Freeport di Gresik (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan salah satu industri yang bakal membangun pabriknya di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. JIIPE sendiri telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Lalu, apa yang menyebabkan Freeport memilih JIIPE sebagai lokasi untuk membangun smelter?

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, pada saat merencanakan pembangunan smelter, ada beberapa opsi lokasi. Pihaknya pun melakukan beberapa kajian di JIIPE dan beberapa tempat lainnya.

"Banyak hal yang harus kita evaluasi sebelum putuskan, di mana total capex (capital expenditure/ investasi) US$ 3 miliar dan tentu pemilihan lokasi harus sangat hati-hati," ungkapnya dalam Kompas Talks "Peran & Tantangan KEK Mendorong Ekspor", Kamis (16/09/2021).

Kajian yang dilakukan di antaranya kesiapan lahan, perizinan, legalitas, dukungan infrastruktur pelabuhan, dan laydown area saat pembangunan yang membutuhkan lahan seluas 100 ha.

Pertimbangan selanjutnya adalah masalah utilitas, pasokan listrik, gas, air, fasilitas pengolahan limbah, kemudahan akses, ketersediaan pelabuhan, dan lainnya.

"Akhirnya kami jatuhkan pilihan di JIIPE ini. Ini menurut kami paling lengkap. Juga harapan sebagai bagian dari mata rantai supply chain karena kami juga ada produk sampingan yang harapannya akan mudah diakses pada tenant lainnya yang akan tumbuh juga," ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pertimbangan lainnya adalah aspek ketersediaan tenaga kerja. Menurutnya, di Gresik sudah banyak tenaga kerja yang andal dan sudah ada satu smelter tembaga di Gresik yang sebagiannya milik PTFI bernama PT Smelting.

"Udah operasi, sehingga mudah cari tenaga kerja konstruksi dan operasi," ujarnya.

Tony menyebut, dengan ditetapkannya JIIPE menjadi KEK akan sangat memudahkan bagi PTFI dalam proses pembangunan. Insentif fiskal dan non fiskal juga membantu.

"Ini gak hanya kaitan proses konstruksi, tapi operasional nanti ekspor impor. Ini kan konsentrat tembaga akan dibawa dari Papua, sebagian dibawa ke PT Smelting Gresik, dan sebagain besar ke JIIPE dan lumpur anodanya juga akan dibawa dari lahan petrokimia ke JIIPE, agak complicated dengan KEK akan smooth lagi," ungkapnya.

Seperti diketahui, PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menunjuk dan menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan asal Jepang, PT Chiyoda International Indonesia, untuk kegiatan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) proyek smelter Manyar, Gresik, Jawa Timur, pada Kamis, 15 Juli 2021.

Kontrak ini mencakup pengerjaan proyek pembangunan smelter berkapasitas 1,7 juta ton pengolahan konsentrat per tahun serta fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.

Adapun produk dari hasil smelter ini yakni sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.

Meski sebelumnya PTFI enggan menyebutkan nilai kontrak EPC proyek smelter ini, namun Freeport McMoran (FCX), pemegang 49% saham PTFI mengungkapkan dalam laporan kinerja semester I 2021 pekan lalu, 22 Juli 2021 bahwa nilai kontrak EPC ini diperkirakan sekitar US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Nilai tersebut tidak termasuk bunga yang dikapitalisasi, biaya pemilik dan uji coba (commissioning).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Freeport Blak-blakan Progres Pembangunan Pabrik Raksasa di Gresik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular