Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah matang dalam merencanakan pemindahan ibu kota negara sesegera mungkin, Bahkan perencanaan relokasi ASN pun telah dilakukan dengan menetapkan TNI/Polri untuk bisa menempati lokasi ibu kota baru ini, yakni di wilayah administratif Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Deputi Bidang Pengembangan Nasional atau Bappenas Regional Bappenas, Rudy Soeprihadi Prawiradinata mengatakan pemindahan TNI/Polri ini akan mulai dilakukan pada 2023 nanti. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanaan wilayah tersebut.
"Itu kajian persiapan, kan pemindahannya baru 2023, yang duluan pindah adalah TNI, Polri untuk memastikan keamanan. Kan kita 2024 Agustus (upacara kenegaraan), kita udah mepet. Jadi kita harus prioritaskan lagi, yang penting pemerintahan itu bisa berjalan. Itu persiapannya," kata Rudi baru-baru ini.
Dia mengungkapkan, pembangunan kantor pemerintah dan Istana Kepresidenan akan dilakukan mulai 2022 mendatang.
Pemindahan ibu kota negara ini memang masih menunggu disahkannya RUU pemindahan ibu kota negara. Selain itu juga mempertimbangkan kondisi terbaru yang terjadi saat ini, sebab, jika kenaikan kasus Covid-19 terus terjadi maka pemindahan juga akan sulit dilakukan.
Langkah ini juga dinilai sebagai salah satu game changer untuk mendorong perekonomian bergerak kembali setelah terjadinya pandemi Covid-19.
"KN itu salah satu game changer mendorong perekonomian. Kalau bergerak, semua ekonomi akan bergerak. Kesempatan kerja bergerak, yang dulu lepas kerjaan bisa cari kerja di situ. Rp 1 triliun konstruksi bisa menyerap 13.000 tenaga kerja. Semua harus berjalan seimbang," ungkapnya.
Pemindahan ibu kota negara ini ke Kalimantan menjadi semakin masuk akal rasanya. Sebab, DKI Jakarta diprediksi akan tenggelam dalam 10 tahun mendatang. Potensi tenggelamnya Jakarta ini erat kaitannya dengan perubahan iklim dunia yang terus terjadi.
Kepala Environmental Engineering, Universitas Airlangga, Dr. Eko Prasetyo Kuncoro mengatakan fenomena pemanasan global menjadi penyebab para ahli, ilmuwan, dan akademisi memprediksi DKI Jakarta dan 112 kota di Jawa bagian utara bakal tenggelam pada 2030.
"Salah Satu efek yang sangat dirasa oleh masyarakat dunia terkait dengan pemanasan global adalah perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan temperatur air laut sehingga menyebabkan muka air laut relatif mengembang dan memiliki volume banyak," ungkap dia, dikutip dari laman unair.ac.id.
Dia menjelaskan, gletser di kutub yang mencair juga menjadi salah satu penyebab kenaikan temperatur air laut sehingga meninggi di permukaan laut. Faktor penyebab lainnya adalah pemakaian air tanah yang memicu penurunan muka tanah.
Beberapa daerah yang diprediksi tenggelam ini berada di kawasan sea level rise seperti Jakarta Utara, Semarang, Demak, dan Pekalongan di Jawa Tengah.
"Muka air laut ini diprediksi memang sumber satu dengan sumber lain memiliki perbedaan angkanya, tetapi dari tahun 2001-2009 daerah-daerah tersebut mengalami kenaikan air muka laut antara 1 sampai 1,5 meter," kata dia.
Tak hanya lembaga peneliti yang menyebut bahwa Jakarta akan tenggelam. Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dalam forum perubahan iklim mengungkapkan bahwa Jakarta akan tenggelam.
Menurut dia, perubahan iklim menyebabkan naiknya permukaan laut. Ribuan orang bisa kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan kehidupan.
"Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" ungkapnya dalam pidato yang dipublikasikan whitehouse.gov.