
Dari Danone Hingga Amazon Dorong Energi Hijau, Seperti Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa perusahaan bahu-membahu memanfaatkan energi terbarukan untuk operasional perusahaan demi menekan emisi karbon. Juga membantu pemerintah dalam mencapai bauran energi 23% pada 2025 mendatang.
Dari Amazon, Danone, hingga Multi Bintang Indonesia menyampaikan dukungan mereka atas transisi energi dan berupaya memenuhi kebutuhan energi perusahaan dari energi terbarukan.
Ika Noviera, Corporate Affairs Director Multi Bintang Indonesia, mengatakan upaya yang dilakukan perusahaan menuju energi hijau adalah melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dan pembangkit biomassa.
Dia menjelaskan, biomassa yang digunakan adalah dari sekam padi yang ada di sekeliling pabrik. Biasanya petani hanya membakar sekam padi. Melihat hal ini, pihaknya menggandeng koperasi padi di sekitarnya agar sekam ini dimanfaatkan.
"Daripada dibakar di tempat, di drop, ada proses transportasi dan mereka dapat keuntungan secara ekonomi. Ampasnya kita olah kembali kayak ada tempat koperasi petani diubah jadi pupuk," ujarnya dalam wawancara terbatas secara virtual, Jumat (10/09/2021).
Perusahaan punya target pemakaian energi terbarukan 100% pada 2025 dan saat ini sedang proses menuju target tersebut. Diharapkan, semua fasilitas bisa 65% energi terbarukan pada 2022 mendatang.
"Kami proses bangun biomassa di Tangerang dan juga dalam proses menyelesaikan panel surya atap," ujarnya.
Ken Haig, Head of Energy and Environment Policy Asia-Pacific Amazon Web Services, mengatakan ada beberapa kendala mengenai energi terbarukan di Indonesia yang sifatnya offsite.
Dia memaparkan, PLTS Atap sudah terpasang di semua data center, namun itu saja baginya tidak cukup. Pihaknya mengaku butuh akses pada proyek energi terbarukan yang sifatnya offsite.
"Saya paham pemerintah Indonesia ada target ambisius 23% EBT dalam tiga tahun ke depan. Menurut kami, hal ini butuh tidak hanya yang direncanakan, tapi juga investasi dari swasta," ungkapnya.
Raditya Pramudiantoro, Perwakilan dari Danone, mengatakan pihaknya memanfaatkan PLTS Atap, tapi pemanfaatan dari energi surya ini untuk kebutuhan listrik perusahaan hanya sekitar 10%-15%. Untuk mencapai 100% di 2030 menurutnya cukup sulit karena keterbatasan lahan.
Saat mencoba eksplorasi energi terbarukan, menurutnya biasanya terkait dengan geografi lokasi. Misalnya di pabrik Klaten, Jawa Tengah tidak bisa membuat pembangkit dari angin ataupun di pabrik lain.
"Sehingga masing-masing solusi renewable ada tantangan masing-masing butuh opsi inovasi power wheeling atau Renewable Energy Certificate (REC). Tapi REC gak nambah additional generation RNE. Capai 23% gak nambah. Kita perlu solusi bareng-bareng, privat sektor pemerintah dan PLN," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai-Ramai Perusahaan Go Green, dari Amazon Sampai Danone
