Vale Bakal Garap 3 Proyek Smelter Nikel, Ini Progresnya
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) saat ini sedang mengerjakan tiga proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru, antara lain proyek ekspansi kapasitas smelter nikel matte yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan, smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Ketiga proyek tersebut diperkirakan bakal menelan dana hingga US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Lantas, bagaimana update dari ketiga proyek smelter tersebut?
Direktur Vale Indonesia Dani Widjaja merinci progres dari masing-masing proyek smelter tersebut.
Dalam Public Expose Live 2021, Rabu (8/9/2021), dia mengatakan bahwa proyek ekspansi smelter nikel Sorowako saat ini sedang dalam proses evaluasi untuk mendayagunakan bijih limonit atau bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5%.
Menurutnya, bijih limonit ini juga merupakan hasil tambang Vale di Sorowako bersama dengan bijih saprolit (nikel kadar tinggi 1,5%-2,5%) yang sudah dimanfaatkan saat ini.
"PT Vale Indonesia punya beberapa rencana pertumbuhan, diantaranya Sorowako. Kami sedang dalam proses evaluasi untuk mendayagunakan bijih limonit," ungkapnya.
Kemudian untuk smelter HPAL Pomalaa, Vale sedang menyelesaikan proses studi lanjutan dan perizinan yang diperlukan untuk membangun pabrik HPAL ini. Vale akan menggandeng mitra dari Jepang yang juga merupakan pemegang saham Vale, yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM).
"Itu kami sedang evaluasi dayagunakan bijih saprolit yang akan ditambang bersama limonit di Pomalaa," ujarnya.
Dan untuk proyek smelter feronikel di Bahodopi, menurutnya saat ini sedang dalam proses studi lanjutan dan proses perizinan untuk membangun smelter RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace). Vale akan menggandeng perusahaan dari China untuk menggarap proyek smelter RKEF feronikel ini.
"Kami harapkan semua rencana pertumbuhan bisa lancar, sehingga bermanfaat," harapnya.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan perusahaan menargetkan keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/ FID) untuk proyek smelter baru Vale, khususnya smelter HPAL di Pomalaa dan smelter feronikel di Bahodopi pada 2022 mendatang.
Menurutnya, pihaknya masih menyelesaikan semua persyaratan untuk bisa mengejar FID tersebut.
"Kita masih menyelesaikan semua persyaratan untuk mengejar FID di awal tahun depan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/05/2021).
Banyaknya proyek smelter nikel bertebaran saat ini memang akan membuat level kompetisi semakin tinggi.
"Secara jangka panjang tentang dua proyek pengembangan hasil olahan dari fasilitas yang kami bangun akan ada direct competition dengan pabrik yang sedang dibangun," paparnya dalam Public Expose Live 2021, Rabu (8/9/2021).
Bernardus menyebut, kebanyakan smelter yang dibangun belakangan ini adalah untuk Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi) yang masuk ke dalam kategori nikel kelas dua.
"Sedangkan arah dari pasar sendiri, kalau kita lihat beberapa tahun yang akan datang, akan lebih dominan di class one," ungkapnya.
Nantinya pemanfaatan nikel akan lebih spesifik, bukan hanya untuk stainless steel, namun untuk kebutuhan kendaraan listrik dan lainnya.
"Tentu saja keberadaan pabrik-pabrik yang ada di Sulawesi dan Maluku Utara harus dimonitor, hati-hati melihat ke dampak harga nikel ke depan dan pasar dunia di masa yang akan datang," tuturnya.
(wia)