Juni Tumbuh Positif, Penjualan Ritel Nyungsep Lagi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 09/09/2021 11:05 WIB
Foto: Kota Kasablanka (CNBC Indonesia/ Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel pada Juli 2021 tumbuh negatif atau terkontraksi. Pada Agustus 2021, penjualan eceran juga diperkirakan masih minus.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juli 2021 berada di 188,5. Turun 5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan -2.9% dari Juli 2020 (year-on-year/yoy).

Dibandingkan Juni 2021, penjualan ritel memang mencatatkan perbaikan secara bulanan. Kala itu terjadi kontraksi 12,8% mtm.


"Perbaikan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau. Responden menyampaikan permintaan untuk kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau diprakirakan masih cukup baik didukung berbagai strategi seperti penjualan secara online/pesan antar yang meningkat, di tengah kebijakan pembatasan mobilitas," sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Kamis (9/9/2021).

Namun secara tahunan, penjualan ritel justru memburuk. Sebab pada Juni 2021 terjadi pertumbuhan positif 2,5% yoy.

Untuk Agustus 2021, BI memperkirakan IPR Berada di 196,5. Tumbuh 4,3% mtm tetapi masih terkontraksi 0,1% yoy. Dibandingkan Juli 2021 ada perbaikan baik secara mtm maupun yoy.

"Perbaikan tersebut ditopang oleh hampir semua kelompok, terutama Kelompok Suku Cadang dan Aksesoris, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Responden menyampaikan prakiraan peningkatan tersebut sejalan dengan mobilitas yang mulai membaik seiring dengan relaksasi pembatasan aktivitas masyarakat dan permintaan domestik yang meningkat," tulis keterangan BI.

Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada Oktober 2021 dan Januari 2022 diprakirakan meningkat. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada Oktober 2021 sebesar 123,0, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEH Januari 2022 sebesar 134,2, lebih tinggi dari IEH pada bulan sebelumnya sebesar 129,3. Responden menyatakan hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku.


(aji/aji)