Dukung Transisi Energi, Medco Ikut Jamah Proyek Energi Hijau

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 September 2021 19:28
Medco energi produsen migas
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Terlebih, pemerintah juga memiliki target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 mendatang.

Upaya peningkatan energi terbarukan ini ternyata juga dilakukan oleh perusahaan di sektor minyak dan gas bumi (migas), salah satunya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

VP Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi Myrta Sri Utami mengatakan, perusahaan menganggarkan investasi atau belanja modal tahun ini sebesar US$ 215 juta atau sekitar Rp 3,12 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Dari anggaran investasi tersebut, sebesar US$ 65 juta atau 30,23% dialokasikan untuk proyek pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan. Kemudian, US$ 150 dialokasikan untuk bisnis migas seperti untuk mengembangkan Blok B, Natuna.

"US$ 65 juta untuk power business. Power akan banyak fokus di Riau sebagai IPP dan Ijen Geothermal (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/ PLTP)," paparnya di sela acara "The 45th IPA Convention and Exhibition 2021" secara virtual, Rabu (01/09/2021).

Meski Medco sudah mulai menjamah EBT, namun menurutnya sektor migas masih menjadi tumpuan Medco dengan investasinya yang masih cukup besar. Menurutnya, Medco merupakan salah satu perusahaan yang memiliki cadangan dan produksi yang besar.

"Portofolio Medco terbagi tiga, oil and gas masih yang terbesar. Medco berpengalaman melakukan cost secara efisien dan safety sebagai operator, kami melakukan operasi migas secara responsible," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, perusahaan juga berfokus pada lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social and corporate governance/ ESG). Menurutnya, tahun ini rencana dari perusahaan adalah memperbarui ESG dan target transisi energi.

"Komitmen jadi ESG regional leadership. Jadi ESG sudah jadi prioritas kita, investor sudah melihat ini dulu di Eropa, di Asia cukup sering banyak ditanyakan investor," lanjutnya.

Lalu, apakah ke depan Medco bakal masuk ke green investment? Myrta menyebut, saat ini masih dalam tahap pengkajian terlebih dahulu.

"Tapi kalau dilihat dari porto bisnis Medco 60% power-nya juga kita tidak beroperasi di batu bara, dan mining (tambang) juga copper (tembaga) mining, jadi pathway-nya masih ke sana," ujarnya.

Meski kini dunia berlomba-lomba sedang dalam proses transisi menuju energi terbarukan, namun keberadaan industri migas dinilai masih tetap penting untuk perekonomian nasional.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Arifin mengatakan, tidak hanya sebagai sumber energi, industri hulu migas menurutnya juga menjadi penggerak perekonomian nasional.

"Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya di wilayah tersebut," paparnya dalam acara "The 45th IPA Convention and Exhibition 2021" secara virtual, Rabu (01/09/2021).

Arifin mengatakan, transisi EBT ini akan dilakukan secara bertahap, sehingga diperlukan upaya proses peralihan yang terukur dalam masa transisi.

"Diperlukan upaya proses peralihan yang terukur dan dalam masa transisi ini, peran migas masih strategis," tegasnya.

Dia menyebut saat ini pemerintah sedang menyelesaikan penyusunan Grand Strategi Energi Nasional. Ada dua agenda penting di dalamnya, yakni peningkatan produksi migas dan penurunan emisi karbon harus dapat berjalan bersama dengan saling bersinergi.

"Pemerintah tetap optimis untuk meningkatkan produksi migas melalui kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih masif dan agresif, dengan target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular