
Covid Varian Afrika Seganas Delta? Ini Kabar Terbaru dari WHO

Jakarta, CNBC Indonesia - Varian baru dari virus corona terdeteksi di Afrika Selatan. Varian baru yang terdeteksi pada Mei 2021 ini diberi nama C.1.2.
Lantas, apakah ini sama bahayanya dengan varian delta yang cepat menyebar?
Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris mengatakan, varian baru ini tampaknya tidak menyebar dan meningkat dalam sirkulasi. Namun demikian, pihak WHO terus memantau varian ini sebagaimana virus ini terus berkembang.
"Tampaknya tidak meningkat dalam sirkulasi," ungkap Harris, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (31/08/2021).
Harris mengatakan pada briefing PBB, bahwa varian berlabel C.1.2. saat ini tidak diklasifikasikan sebagai "varian yang menjadi perhatian" (varian of concern) oleh badan kesehatan PBB.
Sebelumnya, sebuah studi pracetak baru oleh Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afsel dan Platform Sequencing serta Inovasi Penelitian KwaZulu-Natal menyebut bahwa varian C.1.2 ini dikhawatirkan jauh lebih menular dibandingkan varian sebelumnya dan bisa menghindar dari "deteksi" vaksin. Laporan itu sendiri saat ini sedang menunggu peer review.
Dilansir dari The Jerusalem Post pada Senin (30/8/2021), varian C.1.2 pertama kali dideteksi para ilmuwan pada Mei 2021. Ini merupakan turunan varian C.1 ini, yang terdeteksi Januari 2021.
Dikatakan varian C.1.2 ini telah "bermutasi secara substansial" dibandingkan dengan C.1. Ini juga jauh lebih banyak bermutasi dibandingkan virus asli yang pertama kali terdeteksi di Wuhan atau Variant of Concern (VOC) dan Variant of Interest (VOI) lainnya yang terdeteksi sejauh ini.
Studi ini juga menemukan bahwa garis keturunan C.1.2 memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 mutasi per tahun. Hampir dua kali lebih cepat dari tingkat mutasi varian lain secara global.
Para ilmuwan menyatakan bahwa periode singkat peningkatan evolusi ini juga terlihat dengan varian Alpha, Beta dan Gamma yang selalu diikuti oleh lonjakan kasus. Sehingga mendorong tingkat mutasi yang lebih cepat.
Lebih dari setengah urutan C.1.2 memiliki 14 mutasi. Di antaranya N440K dan Y449H, yang telah dikaitkan dengan pelepasan antibodi tertentu.
Para ilmuwan menekankan bahwa kombinasi mutasi ini, serta perubahan di bagian lain dari virus, kemungkinan membantu corona menghindari antibodi dan respons imun. Termasuk pada pasien yang telah terinfeksi varian Alpha atau Beta.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?