Top! Sri Mulyani Sebut Ekonomi RI Cuma Kalah dari Negara Ini

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
30 August 2021 16:15
Infografis/ Dukungan APBN untuk PPKM Darurat Dan Penanganan Kesehatan/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Dukungan APBN untuk PPKM Darurat Dan Penanganan Kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan perekonomian Indonesia cukup baik di tengah pandemi Covid-19. Ini terlihat dari kontraksi perekonomian yang tidak terlalu dalam dibandingkan negara lainnya di G20.

Ia menyebutkan perekonomian Indonesia hanya minus 5,3% di kuartal II-2020 lalu, sedangkan negara lain bahkan minus hingga double digit hampir 20%. Perekonomian Indonesia hanya kalah dari tiga negara saja.

"Indonesia kuartal II tahun lalu minus 5,3%. Ini menunjukkan secara relativitas Indonesia bisa memposisikan respon dan dampak ekonomi dari pandemi ini. Jadi dari negara-negara G20 Indonesia relatif cukup baik. Mungkin yang lebih baik China, Vietnam dan Korea. Tiga negara itu," ujarnya dalam rapat kerja dengan DPR RI, Senin (30/8/2021).

Ia merinci perekonomian Indonesia minus 5,3% di Kuartal II-2020 dan tumbuh kembali 7,1% di kuartal II-2021. Sedangkan Kores minus 2,5% di Kuartal II-2020 dan tumbuh 5,9% di kuartal II-2021.

Sedangkan China dan Vietnam tidak mengalami kontraksi hanya saja perekonomiannya turun masing-masing 3,2% dan 0,4% di kuartal II-2020 dan tumbuh kembali menjadi 7,9% dan 5,9% di kuartal II-2021.

Tekanan pada perekonomian yang tidak terlalu dalam ini dinilai berhasil membawa Indonesia ke level pre covid pada tahun 2019 lalu. Bahkan negara sekitar Indonesia tidak semua bisa kembali ke masa pertumbuhan pre Covid.

"Pada kuartal II tidak semua negara recover ke level pre covid level. Kalau lihat PDB real dari negara sekitar kita, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura semuanya tidak ada satupun yang GDP-nya sudah tembus pre covid level atau kuartal II-2019. Ini dikarenakan kontraksinya di 2020 yang dalam," jelasnya.

"Indonesia yang kontraksinya relatif mild dengan rebound 7,1%, kita sudah di level GDP real kita sudah melewati pre covid level. Ini sesuatu yang harus terus kita lihat, karena ke depan kita akan lihat drive by datanya. Datanya kita lihat dan kita coba desain kebijakan apa yang datanya menggambarkan situasi yang kita hadapi," tegasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lupakan Euforia Q2, Situasi Ekonomi Kini Kembali Terancam!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular