
China Dilaporkan Ganggu Minyak RI di Natuna, Ini Updatenya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah kapal China dilaporkan mengganggu pengeboran Harbour Energy yang sedang berlangsung di blok Tuna di lepas pantai Laut Natuna Indonesia. Ini dikabarkan sebuah web bernama Energyvoice.com akhir pekan lalu.
Dikatakan insiden tersebut mengganggu kepentingan energi Rusia di Laut China Selatan (LCS). Pasalnya pengeboran itu didukung Zarubezhneft yang didukung negara Rusia.
"Sebuah kapal China telah ikut campur dengan kampanye pengeboran Harbour Energy yang sedang berlangsung di blok Tuna di Laut Natuna lepas pantai Indonesia," tulis laporan itu.
"Secara signifikan, pengeboran ini didanai oleh Zarubezhneft yang didukung negara Rusia, dan insiden tersebut menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Laut China Selatan semakin terancam oleh China."
Pengeboran sumur eksplorasi Singa Laut-2 di blok Tuna sejak Juli lalu dilakukan oleh Premier Oil Tuna B.V. Tahun 2020 lalu, perusahaan ini telah mendapatkan partner untuk mengelola Blok Tuna di perairan Natuna tersebut, Zarubezhneft.
Zarubezhneft adalah perusahaan migas milik pemerintah Rusia yang dilaporkan mengakuisisi 50% hak partisipasinya melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd. Akuisisi ini membuat Premier Oil berganti menjadi Harbour Energy.
Blok Tuna merupakan wilayah Kerja migas di lepas pantai Indonesia. Blok ini terletak di Laut Natuna di dekat perbatasan Vietnam, dengan kedalaman air sekitar 110 meter.
Blok ini sendiri memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia. Karena terletak di perbatasan dengan Vietnam dan dekat dengan LCS yang kerap menjadi sengketa banyak negara sekitarnya.
LCS sendiri merupakan wilayah sengketa antara China dengan sejumlah negara Asia Tenggara. China mengklaim wilayah ini hingga hampir 90%, yang membuatnya tegang dengan Malaysia, Filipina, Vietnam, termasuk RI.
CNBC Indonesia melakukan sejumlah konfirmasi. Kabag Humas dan Protokol Bakamla RI Kolonel Bakamla Wisnu Pramandita buka suara mengenai laporan itu.
"Pada dasarnya tidak mengganggu. Mereka hanya berlayar di sekitar, keluar dan masuk daerah landas kontinen," kata Wisnu melalui pesan singkat kepada CNBC Indonesia.
Menurut Wisnu, landas kontinen bukan termasuk wilayah kedaulatan, hanya hak berdaulat saja. Namun kapal Bakamla dan TNI AL tetap patroli di sekitar rig tersebut untuk meyakinkan keamanan kegiatan eksplorasi.
Saat ditanya apakah tidak masalah jika kapal China memasuki daerah landas kontinen tersebut, Wisnu membenarkan. Selama mereka tidak mengganggu kegiatan eksplorasi.
"Hak kita di wilayah itu memang hak untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di bawah permukaan bumi atau migas," pungkasnya lagi.
Sebenarnya CNBC Indonesia juga menanyakan ini ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Tapi Juru Bicara Kemlu mengatakan pihaknya masih harus memeriksa persoalan ini terlebih dahulu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Dilaporkan Ganggu Migas Natuna, Ini Kata RI?