
Eks Bos Pertamina Buka-bukaan Susahnya Bangun Kilang di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan kilang bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, Presiden Joko Widodo sempat murka karena kilang baru belum kunjung terbangun selama lebih dari 30 tahun.
Ari Soemarno, pengamat perminyakan & mantan Direktur Utama Pertamina era 2006-2009, pun buka-bukaan soal susahnya bangun kilang BBM di Indonesia. Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (23/08/2021), dia mengatakan keinginan membangun kilang sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum dirinya menjabat sebagai Dirut Pertamina.
Namun, dia mengatakan, masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan kilang adalah investasi jumbo dan masalah keekonomian. Keekonomian dari kilang menurutnya sulit dan sangat marjinal.
"Keinginan nambah infrastruktur kilang sudah lama sejak saya belum Dirut Pertamina. Namun masalahnya kilang perlukan dana investasi yang sangat besar dan keekonomian kilang itu sulit, marjinal," jelasnya dalam Program Energy Corner Squawk Box CNBC Indonesia, Senin (23/08/2021).
Dia mengatakan, kebutuhan investasi untuk membangun kilang minyak ini mencapai ratusan triliun rupiah atau puluhan miliar dolar, akan tetapi pemerintah tidak memiliki strategi dan menyerahkannya ke BUMN. Menurutnya, Pertamina pun telah berusaha.
Saat masa kepemimpinannya, menurutnya pembangunan kilang masih terkonsentrasi pada tiga hal, yakni pendanaan, teknologi, dan pengelolaan risiko.
Di sisi hilir, dia menjelaskan sudah disusun kemitraan, bukan membangun kilang baru, namun ekspansi kilang yang telah ada (upgrading). Namun kala itu, imbuhnya, kemitraan tidak disetujui pemegang saham.
"Pada waktu itu dengan modal 100 juta (dolar) bisa bangun fasilitas di RFCC Cilacap, pemegang saham katakan bangun sendiri US$ 1,2 miliar, US$ 1,3 miliar, buat apa kalau bisa 100 juta meski milik asing, tapi kan itu di dalam negeri," ujarnya.
Di sektor hulu, pihaknya mendorong peningkatan produksi melalui eksplorasi melalui strategi kemitraan dengan perusahaan minyak asing.
"Kemitraan dengan Shell rencana investasi besar US$ 300 juta dalam lima tahun, untuk dapatkan blok di Selatannya Papua lepas pantai, pemerintah waktu itu setujui, namun seminggu sebelum keputusan gak diberikan ke Pertamina tapi migas asing," sesalnya.
Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) kini memiliki sejumlah mega proyek kilang dengan total nilai mencapai US$ 43 miliar.
Setidaknya lima proyek kilang ekspansi atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dan satu kilang baru (Grass Root Refinery/ GRR) masuk ke dalam rencana besar Pertamina dan juga PSN.
Fajriyah Usman, Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, mengatakan pihaknya masih konsisten mengoperasikan proyek kilang yang telah ada dan mengembangkan proyek kilang baru, sesuai dengan rencana perseroan dan sejalan dengan PSN.
Dia menilai, keberadaan kilang Pertamina untuk Indonesia sangat penting, terutama untuk memenuhi kebutuhan domestik dan mengurangi impor BBM.
"Ke depan, kilang Pertamina juga diintegrasikan dengan petrochemical yang varian produknya akan lebih valuable dengan demand yang semakin meningkat," ujarnya.
(wia)
Next Article Demi Keamanan, Pertamina Libatkan Warga Antisipasi Kejadian di Kilang