RI Dulu Juara Asia, Kini Ekonominya Disalip China-Vietnam!
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi RI pernah menjadi jawara di Asia. Di tahun 1987, 1988 hingga 1997 awal Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang spektakuler.
Namun sayangnya ekonomi spektakuler ini didasarkan pada perekonomian yang rapuh. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat kebijakan publik dan akademisi FISIP UI Andrinof A. Chaniago dalam acara 'Refleksi 76 Tahun Kemerdekaan RI' secara daring, Sabtu, (21/08/2021).
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Kabinet Kerja periode 27 Oktober 2014 hingga 12 Agustus 2015 ini menilai ekonomi RI yang rapuh ini akhirnya ambruk di tahun 1998 dan RI mengalami kemunduran 12 tahun.
"Dalam 12 tahun bayar ribuan triliun dari APBN APBD kembalikan ke posisi sama di tahun 1997 awal dan tercapai 2012 2013. Kita beruntung sejak 2004 sistem demokrasi baik, berdampak ke keekonomian," paparnya.
Di era sebelumnya pertumbuhan ekonomi nampak cukup tinggi namun disumbang dari penjualan sumber daya alam dan juga dari sektor yang muatan nilai tambahnya kecil. Dia mencontohkan Indonesia menjadi eksportir batu bara, CPO (minyak sawit mentah) yang mana nilai tambahnya kecil.
"Maka hilirisasi, reindustrialisasi ini relevan. Pemerataan pusat-pusat pertumbuhan relevan, bangun pinggiran dan perbatasan relevan, bangun sektor maritim relevan, ini pilar-pilar bikin Indonesia tangguh," lanjutnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, RI perlu berkaca pada sejarah ini. Menurutnya RI pernah lebih baik atau setara dengan beberapa negara di dunia, misalnya saja China. Vietnam dan India kala itu ada di bawah Indonesia.
"Kemudian di tahun 1998 kita disalip China ditinggal jauh dan mulai didekati India mau salip kita. Vietnam mulai mepet, kita lupakan lah Korea yang mulanya sama di 70 an awal," papar.
Selama ini Indonesia melangkah dengan lambat, melangkah maju dan mundur. Oleh karena itu penting sekali membuat lompatan. Berbicara ekonomi yang tangguh, kokoh, dan berdaya saing menurutnya sangat penting, jangan sampai mengulangi sejarah.
"Tumbuh harus dikasih lanjutan, tumbuh berkualitas gak hanya sekedar tumbuh. Gak ada artinya 5 tahun 10 tahun abis itu ambruk gak ada artinya karena akan kemunduran bertahun-tahun," ungkapnya.
(tas/tas)