Tak Main-Main, Kelangkaan Kontainer Merembet ke Nasib Pekerja
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelangkaan kontainer masih menjadi kendala usaha logistik para eksportir Indonesia. Hal ini berdampak pada nasib tenaga kerja harus dirumahkan karena ekspor terganggu.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Mahendra Rianto mengatakan mengatakan kondisi ekspor saat ini masih terganggu dengan kelangkaan kontainer. Kelangkaan ini karena tak seimbangnya arus perdagangan di tengah pandemi sehingga arus kontainer tak maksimal.
"Masih sangat terganggu sama kelangkaan kontainer, salah satu customer ekspor furniture di Jawa Tengah itu nggak dapat-dapat (kontainer), harga naik 3 - 5 kali lipat. Pembeli juga jadi tahan dulu sampai harga kontainer turun. Tapi dia tunggu-tunggu tidak kunjung turun," Kata Mahendra kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/8/2021).
Akibatnya banyak stok barang yang menganggur karena tidak terjual. Sehingga membuat pengusaha itu merumahkan karyawannya.
"Stoknya jadi menganggur, nggak jadi duit. Akhirnya mereka merumahkan karyawan," jelasnya.
Kelangkaan kontainer ini disebabkan karena supply shortage yang menyebabkan freight rate naik secara signifikan. Hal ini karena tidak seimbangnya perdagangan ekspor - impor, membuat kapal tidak mendapat muatan penuh untuk perjalanan pulang dan pergi. Sehingga aktivitas kapal dikurangi oleh perusahaan perkapalan, yang membuat kelangkaan kontainer hingga membengkaknya ongkos kirim.
Menurut Mahendra dampak pandemi masih terasa membuat aktivitas perdagangan internasional terganggu.
"Dampak Covid-19 ini masih dirasakan diseluruh dunia, sehingga alat angkut dan pergerakan kapal itu berkurang," jelasnya.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajian Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, mengatakan ada permasalahan pada rantai pasok ekspor furnitur. Salah satunya adalah ongkos kirim, karena kelangkaan kontainer.
"Ruang kontainer langka, memicu harga pengiriman tinggi dan fantastis, naiknya berkali-kali lipat untuk tujuan Amerika," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/6/2021).
Dari semenjak awal tahun lalu, banyak pengusaha yang menunda pengiriman ekspor. Padahal 95% anggota HIMKI berorientasi pada pasar ekspor.
(hoi/hoi)