
Harga Nikel Dunia Bergantung pada Indonesia, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia ke depannya dinilai akan bergantung pada Indonesia. Pasalnya, fluktuasi harga akan bergantung pada suplai dan permintaan.
Permintaan nikel dunia ke depannya diperkirakan meningkat karena adanya transisi ke energi baru terbarukan (EBT) seperti peningkatan permintaan kendaraan listrik dan pembangkit listrik energi baru terbarukan yang membutuhkan bahan baku nikel. Sementara dari sisi pasokan, peningkatan produksi nikel dunia hanya terjadi di Indonesia. Sedangkan pasokan dari luar Indonesia mengalami tren penurunan.
Oleh karena itu, tak ayal bila pasokan nikel dunia mengandalkan pasokan dari Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Steven Brown, konsultan independen di industri pertambangan.
"Ada banyak forecast terkait harga, saya rasa nggak akan naik terlalu jauh dari saat ini karena masih bergantung supply dan demand. Yang jelas demand pasti akan meningkat jauh karena ada mobil listrik dan sebagainya, tapi tampaknya suplai juga seimbang kalau dilihat terutama dari perkembangan di Indonesia. Suplai bisa keep up dengan demand. Tapi itu semua tergantung dari Indonesia," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/08/2021).
"Jadi di luar Indonesia sama sekali gak keep up dengan demand. Jadi ini semua sangat bergantung pada satu negara (Indonesia)," ujarnya.
Dia menjelaskan, dunia kini bergantung pada pasokan nikel Indonesia karena sejumlah proyek smelter nikel yang tengah dibangun, terutama menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang telah diumumkan, terdapat di Indonesia.
Adapun produk dari smelter HPAL ini bisa berupa Mix Sulphide Precipitate (MSP) maupun Mix Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian bisa diolah menjadi nickel sulphate yang bisa menjadi komponen baterai lithium.
Dia mengatakan, banyak proyek HPAL dibangun di Indonesia karena bijih nikel (ore) lebih mudah diakses, lebih bagus kualitasnya, dan lebih murah ongkos produksinya dibandingkan di negara-negara lain.
Sementara di negara lain untuk memproduksi bijih nikel sulfida kini semakin sulit karena perlu menggali lebih dalam, sehingga ongkos produksinya pun lebih mahal.
"Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dan keekonomian membangun di Indonesia jauh lebih bagus, lebih murah, dan lebih cepat membangunnya," tuturnya.
Dia mengatakan, pada semester I 2021, pasokan nikel hanya bertumbuh di Indonesia, termasuk untuk produk MHP, yakni meningkat 320 ribu ton atau naik 140% secara tahunan (year on year) dibandingkan periode yang sama 2020. Jumlah tersebut belum termasuk dari produksi nikel PT Vale Indonesia.
Sementara di luar Indonesia secara global, pasokan nikel justru menurun 265 ribu ton atau turun 26% dibandingkan periode semester I 2020.
Ini menunjukkan pasokan nikel dunia hanya meningkat dari Indonesia, sehingga tak ayal bila pasokan nikel dunia bergantung pada Indonesia.
"Luar biasa memang. Total produksi nikel meningkat hanya karena Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan, peningkatan pasokan nikel ini terutama dari smelter di sejumlah kawasan industri nikel seperti di Morowali, Sulawesi Tengah ada PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), lalu Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara ada PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara ada Harita Group, serta di Konawe, Sulawesi Tenggara terdapat PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", Indonesia disebut memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Halu, Dunia Memang Mengincar Nikel Indonesia lho..
