Corona Delta Mencengkeram China, Indonesia Juga Kena Getahnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 August 2021 13:14
Ilustrasi Ekspor- Impor
Foto: Ilustrasi Ekspor- Impor (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih jauh dari kata selesai. Kehadiran virus corona varian delta yang jauh lebih menular jadi tantangan besar, karena membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat di berbagai negara terpaksa dibatasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 17 Agustus 2021 adalah 207.784.507 orang. Bertambah 410.464 orang dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, jumlah pasien positif rata-rata bertambah 635.883 orang setiap harinya. Lebih banyak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 625.102 orang per hari.

corona

Oleh karena itu, berbagai negara kembali mengetatkan aktivitas dan mobilitas publik. Di Jepang, kantor berita NHK melaporkan pemerintah Negeri Matahari Terbit siap untuk memperpanjang pemberlakuan kondisi darurat di ibu kota Tokyo dan wilayah lainnya hingga 12 September 2021. Kebijakan ini juga akan diperluas ke tujuh perfektur yaitu Ibaraki, Tochigi, Gunma, Shizuoka, Kyoto, Hyogo, dan Fukuoka.

Demikian pula di China. Pemerintahan Presiden Xi Jinping kembali 'mengunci' mobilitas warga, membatalkan penerbangan, dan menutup perbatasan agar virus corona varian delta tidak makin menyebar.

Negeri Tirai Bambu menerapkan kebijakan zero tolerance dalam menghadapi virus corona. Setiap temuan kasus positif akan direspons dengan karantina wilayah alias lockdown.

Halaman Selanjutnya --> Zero Tolerance terhadap Corona Matikan Ekonomi China

Meski terlihat 'kejam', tetapi kebijakan ini efektif untuk meredam penyebaran virus corona. Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 85 orang per hari. Turun dibandingkan reraat seminggu sebelumnya yakni 128 orang saban harinya.

corona

Akan tetapi, kebijakan ini harus dibayar mahal. Ekonomi Negeri Panda menjadi 'mati suri', dikhawatirkan justru akan memakan korban lain karena rakyat kelaparan akibat kehilangan pekerjaan.

"Saya rasa kebijakan zero tolerance ini tidak bisa berkelanjutan. Jika Anda melakukan lockdown di seluruh wilayah China, orang masih bisa meninggal dunia. Bahkan jumlah yang meninggal dunia bertambah karena kelaparan akibat kehilangan pekerjaan," tegas Xi Chen, Ekonom di Yale School of Public Health, seperti dikutip dari Reuters.

Sejumlah data ekonomi di China memberi konfirmasi bahwa perlambatan sudah terjadi. Penjualan ritel pada Juli 2021 memang naik 8,5% yoy. Namun jauh melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 12,1% yoy.

Sementara produksi industri pada Juli 2021 tumbuh 6,4% yoy. Walau masih tumbuh, tetapi menjadi laju paling lemah sejak Agustus 2020.

Halaman Selanjutnya ---> Masalah China adalah Masalah Dunia

Masalah ekonomi China adalah masalah bagi dunia. Sebab, China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia.

Banyak negara yang menggantungkan China sebagai negara tujuan ekspor. Ketika permintaan China melambat, maka kinerja ekspor akan terpengaruh.

Sayangnya, itulah yang dialami Indonesia. Pada Juli 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Juli 2021 adalah US$ 17,7 miliar. Tumbuh 29,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Meski masih tumbuh, tetapi ekspor melambat dibandingkan Juni 2021 yang melonjak 54,46% yoy. Secara bulanan (month-to-month/mtm), ekspor bahkan turun 4,53%.

Bisa ditebak, pukulan terhadap ekspor Indonesia disebabkan oleh perlambataan permintaan dari China. Pada Juni 2021, ekspor non-migas Indonesia ke China bernilai US$ 4,13 miliar dan bulan sesudahnya turun menjadi US$ 3,57 miliar.

Pada Juli 2021, impor non migas Indonesia ke China tumbuh 41,22% yoy. Melambat dibandingkan pertumbuhan Juni 2021 yakni 70,16% yoy.

ekspor

Buat Indonesia, China adalah mitra dagang yang sangat penting. Sepanjang Januari-Juli 2021, pangsa ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai 21,85%. China sendirian bahkan lebih besar ketimbang pangsa total negara-negara ASEAN yaitu 20,26%.

ekspor

Jika seperti ini terus, jika China tidak kunjung mampu mengendalikan pandemi virus corona dan terus menerapkan kebijakan kebijakan zero tolerance, maka ekspor Indonesia bakal terancam. Padahal peranan ekspor sangat diharapkan mendongrak pertumbuhan ekonomi, kala konsumsi rumah tangga dan investasi masih belum pulih betul dari hantaman pandemi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular