
Prof Didik Soal PDB RI 7%: Jokowi Sering Bermain dengan Citra

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik Junaidi Rachbini mengkritik pencitraan yang masih dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di tengah pandemi Covid-19. Basis kritik Didik adalah realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 7,07% yang digembar-gemborkan pemerintah.
Dalam webinar LP3ES bertajuk "Refleksi Tentang Situasi Demokrasi di Indonesia: Perspektif Ekonomi" yang berlangsung pada, Rabu (18/8/2021), Didik mengungkapkan kalau realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 7,07% adalah sesuatu yang wajar.
"Kebetulan pada kuartal II-2020 adalah awal mula Covid-19 di dunia. Jadi seluruh negara itu pertumbuhannya kuartal II 2020 pertumbuhannya negatif. Dengan mendasarkan pada pertumbuhan negatif itu maka Spanyol itu tumbuh 20%, Prancis 19%, Italia 17%, Singapura 14%. Jadi tiga kali dari Indonesia. Tapi kalau kuartal II-2020 itu 0, jadi pertumbuhannya cuma 2%," ujarnya.
Ia mencontohkan dari sisi pabrik di mana SDM hingga mesin berada dalam posisi tetap. Namun, kapasitas pabrik ketika itu diturunkan menjadi 30% hingga 50%. Ketika 'dihidupkan' lagi pada kuartal II-2021, maka terjadi perbaikan.
"Itu mental saja ke atas. Jadi itu seperti ayunan, tidak dianggap sebagai satu prestasi karena itu mengembalikan kepada kapasitas yang sebenarnya. Jadi itu tumbuh rendah sebenarnya. Kalau pertumbuhan (dibandingkan dengan) kuartal sebelumnya, cuma 3%. Jadi nggak usah heboh dengan itu ya," kata Didik.
"Jadi Pak Jokowi itu memang sering bermain-main dengan citra. Dan citra itu paling penting. Seperti misalnya popularitas sekarang itu kan ada 12 macam dari pengeluaran sosial dan itu banyak sekali dan itu menguras ratusan triliun. Ya orang diberi itu kan, dikasih begitu kan pasti seneng kan di golongan masyarakat bawah. Tapi itu tidak substansial menyembuhkan ekonomi. Itu kayak bantalan saja," lanjutnya.
Ia pun mengkritik kebiasaan Jokowi membagikan sembako kepada masyarakat bawah.
"Itu Pak Jokowi itu kan simbol, presiden itu kan simbol. Bagi-bagi sembako itu dia nggak ngerti bahwa itu mencelakakan rakyat. Jadi tidak sensitif terhadap sesuatu yang sebenarnya," kata Didik.
"Jadi tumbuh 7% itu dicitrakan hebat. Spanyol 20%, Singapura 15%, Prancis 18%. Apa kurang kalah itu? Kalau pertumbuhan tahunan gak pernah negara maju paling tumbuh 2-3%. Gak usah pikirin itu deh," lanjutnya.
Lebih lanjut, Didik pun bilang kalau target pertumbuhan ekonomi full year 2022 sebesar 5,0%-5,5% kurang realistis. Sebab, sebelum pandemi Covid-19 pun perekonomian Indonesia tumbuh di bawah 5%.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sunanto Hingga Didik Rachbini Temui Jokowi, Ini yang Dibahas