Korban Terbaru PPKM: Penjualan Ritel Hancur Lebur!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Jumat, 13/08/2021 08:19 WIB
Foto: Suasana hari pertama pembukaan kembali mall saat perpanjangan PPKM level 4 di Blok M Plaza, Jakarta, Selasa (10/8/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah lebih dari sebulan sejak pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga Level 4 sejak 3 Juli 2021 lalu, kasus Covid-19 di Tanah Air kini memang terlihat menurun dibandingkan saat puncak di Juli lalu yang menembus lebih dari 50.000 kasus harian Covid-19.

Namun sayangnya, melandainya kasus Covid-19 ini bukan tanpa syarat, mau tak mau aktivitas ekonomi menjadi lesu, terutama selama PPKM Darurat maupun Level 4 ini diterapkan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per kemarin, Kamis (12/08/2021), kasus konfirmasi positif bertambah 24.709, melandai dibanding dengan hari biasanya. Secara total, kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 3.774.155 orang.


Angka kesembuhan bertambah 36.637 orang menjadi 3.247.715 orang. Sayangnya, ada 1.466 kasus meninggal di mana secara total kasus meninggal menjadi 113.664 orang.

Penurunan ini disebabkan oleh PPKM yang membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat. Makin sedikit kontak dan interaksi antar-manusia, maka makin rendah risiko penularan virus corona.

PPKM Darurat dan Level 4 mengamanatkan pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal untuk 100% bekerja dari rumah (work from home). Kegiatan belajar-mengajar juga masih dilakukan dari jarak jauh.

Sedangkan restoran dan warung makan (terutama yang berada di dalam ruangan) belum boleh melayani pelanggan yang makan-minum di tempat, hanya bisa pesan-bawa pulang (takeaway) dan pesan-antar (delivery). Pusat perbelanjaan juga belum boleh beroperasi.

Penjualan Ritel Hancur Lebur

Berbagai pembatasan itu (dan masih banyak yang lainnya) membuat 'roda' ekonomi berjalan lambat. Berbagai data terbaru memberi konfirmasi akan hal tersebut.

Paling baru adalah penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Juni 2021 tumbuh positif. Namun bulan selanjutnya diperkirakan terjadi kontraksi atau pertumbuhan negatif.

Pada Juni 2021, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 2,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Meski masih tumbuh, tetapi jauh melambat dibandingkan Mei 2021 yang naik 14,7% yoy.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), IPR bahkan membukukan kontraksi yaitu minus 12,8%. Jauh memburuk dibandingkan Mei 2021 yang tumbuh positif 3,2%.

"Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) mengindikasikan kinerja penjualan eceran terbatas dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya. Responden menyampaikan hal tersebut disebabkan menurunnya permintaan masyarakat sejalan dengan kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri, khususnya pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau," sebut laporan BI yang dirilis Selasa (10/8/2021).

Untuk Juli 2021, BI memperkirakan penjualan ritel tumbuh -6,2% yoy. Secara bulanan juga terjadi kontraksi yaitu minus 8,3%.

"Responden menyampaikan permintaan untuk kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau diprakirakan masih cukup baik didukung berbagai strategi seperti penjualan secara online/pesan antar yang meningkat seiring dengan kebijakan pembatasan mobilitas. Secara tahunan, penjualan eceran Juli 2021 terkontraksi 6,2% (yoy), terutama pada Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, dan Subkelompok Sandang," lanjut keterangan BI.

Halaman Selanjutnya >> Manufaktur Kontraksi


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Solusi Bubut dan Milling Baru Diperkenalkan untuk Efisiensi

Pages