
Manufaktur Hingga Ritel AS 'Babak Belur' Dihajar Musim Dingin

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim dingin yang melanda sejumlah negara bagian diĀ Amerika Serikat (AS) menyebabkan terhentinya beberapa aktivitas manufaktur di Negeri Paman Sam tersebut. Alhasil, rantai pasokan global seperti plastik, petrokomia, produk semikonduktor menjadi terganggu.
"Akibat cuaca dingin, pabrik harus menutup aktivitas produksinya dan konsumen merasakan krisis," tulis AFP, dikutip Minggu (21/3/2021).
Perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota misalnya terganggu suplai petrokimia yang menyebabkan terganggunya produksi di pabrik Kentucky, Virginia Barat dan Meksiko. Tak hanya itu, Honda juga mengalami gangguan rantai pasok akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan mereka harus menutup sementara lima pabriknya di Kanada dan AS.
"Terkait dengan dampak Covid-19, kemacetan terjadi di berbagai pelabuhan, kekurangan semikonduktor, dan cuaca musim dingin yang parah," ungkap Honda.
Sementara itu, produsen apparel global, Nike, menyatakan penjualan sepatu dan pakaian olahraganya turut dipengaruhi oleh kemacetan di pelabuhan di seluruh negeri.
Sedangan, di toko peralatan rumah Best Buy di pinggiran kota Washington, seorang pelanggan mengatakan dia menghabiskan satu jam dengan seorang asisten penjualan, hanya untuk menemukan bahwa banyak model kompor tidak akan tersedia selama beberapa minggu.
"Saya harus membeli kompor baja tahan karat hitam ketika saya menginginkan yang putih, dan seharga $ 200 dolar lebih dari yang saya anggarkan," keluh Virginie Hines, seorang wanita Prancis yang tinggal di Maryland.
Tak hanya itu, rantai pasokan untuk plastik juga terganggu. Pada pertengahan Februari, suhu beku melumpuhkan Texas dan Louisiana. Keduanya menjadi produsen yang mengubah minyak menjadi polietilen yang digunakan untuk membuat kantong plastik, botol sampo atau tabung pasta gigi, polipropilen, yang digunakan untuk plastik keras di dasbor atau AC mobil atau PVC.
Pada puncak cuaca dingin, lebih dari 70% kapasitas produksi etilena juga mengalami penurunan setidaknya 62% produksi polipropilena, menurut S&P Global Platts.
Gangguan dalam produksi plastik ini terjadi setelah kekurangan semikonduktor terkait dengan lonjakan permintaan elektronik sejak dimulainya pandemi, yang telah melanda industri otomotif sejak awal tahun.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Makanan, Supermarket di Amerika Serikat Mulai Kosong