Internasional

Tok! China Restui Uji Coba Vaksin Campuran, Manjur Gak nih?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 August 2021 20:40
In this photo released by China's Xinhua News Agency, people get COVID-19 vaccinations at a vaccination site at a sports arena in Nanjing in eastern China's Jiangsu Province, Monday, Aug. 2, 2021. Chinese authorities announced Tuesday mass coronavirus testing in Wuhan as an unusually wide series of COVID-19 outbreaks reached the city where the disease was first detected in late 2019. Most of the local cases are still in Jiangsu province, where an outbreak started at the airport in Nanjing, the provincial capital, and has spread to the city of Yangzhou. (Ji Chunpeng/Xinhua via AP)
Foto: AP/Ji Chunpeng

Jakarta, CNBC Indonesia - National Medical Products Administration (NMPA) atau regulator yang mengatur obat di China telah menyetujui uji coba vaksin campuran pertama di negara tersebut untuk melawan virus Covid-19 varian Delta yang menyebar dengan cepat dan kian mengkhawatirkan.

Melansir AFP, uji coba kemanjuran vaksin campuran dilakukan dengan menggabungkan vaksin tidak aktif yang dibuat oleh Sinovac yang berbasis DNA (deoxyribonucleic acid) yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal AS, Inovio.

Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Advaccine Biopharmaceuticals Suzhou, mitra uji coba Inovio di China.

"Uji praklinis telah menemukan bahwa dua aplikasi vaksin yang berbeda menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan lebih seimbang", kata ketua Advaksin Wang Bin dalam pernyataannya, dikutip Rabu (11/8/2021).

Ada beberapa jenis vaksin Covid-19, termasuk vaksin yang menggunakan virus yang tidak aktif atau dilemahkan untuk menghasilkan respons kekebalan, dan vaksin berbasis RNA (ribonucleic acid) atau DNA yang lebih canggih, yang menggunakan versi rekayasa dari kode genetik virus corona untuk membuat protein yang aman. Ini memicu respons imun.

Lima dari tujuh vaksin yang disetujui di China adalah vaksin inaktif dua suntikan. Adapun tingkat efikasi vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna ternyata memiliki tingkat keberhasilan di atas 90%.

Secara terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih belum cukup data untuk mengatakan apakah menggunakan dua vaksin yang berbeda secara bersamaan itu aman atau dapat meningkatkan kekebalan.

Inovio belum mempublikasikan data kemanjuran apa pun dari uji klinis globalnya. Ini adalah vaksin berbasis DNA pertama yang diuji coba di China.

Saat ini, China sedang berjuang melawan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan, dengan para pejabat mengatakan banyak dari mereka yang terinfeksi telah divaksinasi.

Ini telah menambah seruan bagi dua produsen vaksin terbesar China, Sinopharm yang dikelola negara dan Sinovac milik swasta untuk memberikan data yang membuktikan vaksin mereka bekerja melawan varian Delta. Namun demikian, Beijing belum menyetujui vaksin asing untuk penggunaan dalam negeri.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah! Ternyata China Krisis Air, Ini yang Dilakukan Xi Jinping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular