Covid Australia Makin Parah, Pekerja Wajib Divaksin

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
11 August 2021 15:40
FILE - In this  Friday, Feb. 19, 2021 file photo, a pharmacist prepares a syringe from a vial of the AstraZeneca coronavirus vaccine during preparations at the Vaccine Village in Antwerp, Belgium. A shipment of a quarter million AstraZeneca vaccines destined for Australia has been barred from leaving the European Union in the first use of an export control system instituted by the bloc over a month ago. An EU official, who asked not to be identified because of the sensitivity of the issue, confirmed a report that first appeared in the Financial Times. (AP Photo/Virginia Mayo, File)
Foto: AP/Virginia Mayo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 di Australia belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Terbaru, otoritas menemukan lonjakan kasus baru yang membuat langkah penguncian diperpanjang.

Kota terbesar kedua di Australia, Melbourne, pada Rabu (11/8/2021) melaporkan 20 kasus baru Covid-19 Varian Delta. Hal ini mendorong pemerintah negara bagian Victoria, yang menaungi Melbourne, memutuskan untuk memperpanjang lockdown yang seharusnya berakhir pada Kamis (12/8/2021) esok hingga 19 Agustus mendatang.

"Jika kami membuka, maka kami akan melihat kasus yang mirip dengan apa yang terjadi, tragisnya, di Sydney sekarang," kata Perdana Menteri negara bagian Victoria Dan Andrews sebagaimana dikutip Reuters

Sydney, yang merupakan kota terbesar Australia, mengaku masih memprediksi peningkatan kasus infeksi Covid-19 hingga akhir Agustus mendatang meski kota itu telah menghadapi penguncian selama tujuh pekan.

"Kami telah melihat lonjakan jumlah kasus dan (itu) diperkirakan akan terus berlanjut," kata Perdana Menteri negara bagian New South Wales Gladys Berejiklian saat melaporkan 344 infeksi baru lainnya di Sydney dalam 24 jam terakhir.

Sementara itu pemerintah New South Wales telah mengizinkan beberapa di pinggiran kota Sydney yang paling terkena dampak untuk kembali ke pekerjaan konstruksi di sekitar kota. Tetapi mereka harus terlebih dahulu divaksinasi.

"Saya tidak ingin mendapatkan vaksin ... tetapi saya perlu mendapatkan suntikan atau saya tidak punya pekerjaan," kata Nick, pria berusia 31 tahun yang mengemudi untuk sebuah perusahaan teknik.

Australia sendiri memiliki tingkat vaksinasi yang rendah. Saat ini Negeri Kanguru itu baru saja menyuntikan vaksin ke 25% penduduknya. Perdana Menteri Scott Morrison mengharapkan untuk mencapai 70% pada akhir tahun.

Meskipun upaya vaksinasi Australia telah tertinggal dari banyak negara maju lainnya, sejauh ini bernasib jauh lebih baik dalam menjaga jumlah virus corona yang relatif rendah, dengan hanya menemukan di bawah 37.009 kasus Covid-19 dan 941 kematian.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Buka Masker, Covid-19 Kembali Melonjak di Australia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular