Jakarta, CNBC Indonesia - Hidup bersama dengan Corona atau penyakit Covid-19 tampaknya jadi pilihan banyak negara di dunia. Singapura sempat heboh dengan pilihannya mengganggap Covid-19 bakal seperti 'flu biasa' sehingga memilih jalan 'berdamai' dengan Covid-19.
Namun, jauh sebelum Singapura mendeklarasikan sikap itu, di Indonesia Presiden Jokowi sudah meramalkan soal kondisi berdamai demikian dalam konteks tahun lalu saat vaksin efektif belum ditemukan kala itu, tapi tampaknya meski vaksin sudah ditemukan, hidup bersama dengan corona masih jadi pilihan.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito menanggapi soal posisi Indonesia akan hidup bersama dengan Covid-19. Ia menegaskan bahwa saat ini negara lain serta organisasi seperti WHO tengah menyiapkan panduan bagaimana hidup bersama Covid-19.
Ia mengatakan sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa saat ini Indonesia bersiap dengan situasi, Covid-19 akan hidup bersama masyarakat dalam waktu tak sebentar.
"Tak hanya RI hadapi ini. Negara lain dan organisasi seperti World Bank dan WHO menyiapkan panduan sisi kesehatan dan ekonomi. Pemerintah akan memantau kondisi demi mengambil kebijakan yang tepat, baik kesehatan pemulihan ekonomi," kata Wiku di Jakarta, Selasa (10/8/2021).
Berikut pernyataan soal ramalan Indonesia akan hidup bersama dengan Corona dari sejak awal pandemi, hingga baru-baru ini.
Simak Halaman Berikutnya>>>>>>>>>>
Jauh sebelum pernyataan-pernyataan terkini pemerintah soal hidup berdamai dengan Corona, Presiden Jokowi sejak awal-awal pandemi sudah memperkirakan hal ini bersiap bisa terjadi.
Saat itu, pada awal Mei 2020, atau 3 bulan setelah kasus pertama Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi, Jokowi sempat meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang sudah diatur dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemerintah terus berupaya keras dan berharap puncak pandemi Covid-19 dan jumlah pasien terinfeksi akan segera menurun.
Namun beberapa ahli mengatakan ketika kasusnya sudah turun tidak berarti langsung landai atau langsung nol, melainkan masih bisa fluktuatif.
"Ada kemungkinan masih bisa naik lagi atau turun lagi, naik sedikit lagi, dan turun lagi dan seterusnya. Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," kata Jokowi, dalam siaran pers Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis (7/5/2020).
Hal ini akhirnya memunculkan wacana New Normal, yang juga berkembang di banyak negara. Namun, perkembangan pandemi makin dinamis, dengan masifnya kemunculan varian baru, seperti Delta, yang memincu lockdown di banyak negara.
Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim kepatuhan masyarakat menggunakan masker terus meningkat. Hal itu disampaikan Luhut dalam taklimat media, Senin (9/8/2021).
"Kepatuhan mengenai penggunaan masker telah mencapai 82%, meningkat 5% dibandingkan bulan Februari dan Maret. Dan ini pekerjaan yang tidak mudah," katanya.
Dalam kesempatan itu, Luhut mengimbau supaya seluruh masyarakat membudayakan untuk memakai masker.
"Karena mungkin kita akan hidup bertahun-tahun ke depan dengan masker ini. Karena ini salah satu alat di samping vaksin untuk mencegah penularan varian delta," ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pilihan kembali hidup bersama dengan corona merupakan salah satu arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbaru terkait penanganan Covid-19. Ini memberi sinyal bahwa era 'New Normal' baru kembali diterapkan.
"Bapak presiden memberikan arahan bahwa ke depannya bahwa mungkin besar bahwa virus ini akan hidup cukup lama bersama kita. Jadi arahan bapak presiden kita harus memiliki roadmap bagaimana ke depannya kalau virus ini hilangnya membutuhkan waktu sampai tahunan," kata Budi Gunadi dalam taklimat media, Senin (9/8/2021).
"Bagaimana protokol kesehatan yang kita miliki bisa tetap menjaga kita untuk tetap hidup normal menjalankan aktivitas ekonomi tapi dengan kondisi yang lebih aman," lanjutnya.
BGS bilang kalau Kemenkes akan mengatur enam aktivitas utama secara digital disertai penerapan protokol kesehatan. Keenam sektor itu adalah perdagangan, kantor dan kawasan industri, transportasi, pariwisata, keagamaan dan pendidikan.