Internasional

Studi: Booster Sinovac Tingkatkan Antibodi Lawan Covid

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
10 August 2021 12:30
Samples of Sinovac vaccine are displayed at Suvarnabhumi airport in Bangkok, Thailand, Wednesday, Feb. 24, 2021, aheads of the arrival of first shipments of 200,000 doses of the Sinovac vaccine and 117,000 doses of the AstraZeneca vaccine on Feb. 24. (AP Photo/Sakchai Lalit)
Foto: Vaksin Sinovac (AP Photo/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa dosis penguat (booster) vaksin Covid-19 buatan Sinovac efektif dalam meningkatkan antibodi penetralisir virus corona. Ini berlaku setidaknya di kalangan lansia.

Mengutip Global Times, kesimpulan studi yang dirilis pada Minggu (8/8/2021) itu berbasis kepada hasil dari uji klinis acak. Pada awalnya ilmuwan mendapatkan bahwa antibodi akan berkurang enam bulan setelah dosis vaksin penuh diberikan.

"Titer antibodi penetralisir menurun secara substansial enam bulan setelah dua dosis CoronaVac di antara orang dewasa yang lebih tua," tulis penelitian itu, dikutip Selasa (10/8/2021).

Setelahnya, ilmuwan mulai memberikan dosis ketiga atau dosis penguat pada sampel yang sedang diuji. Hasilnyat ingkat antibodi penawar virus meningkat secara signifikan pada hari ketujuh setelah dosis ketiga vaksin.

Studi ini sendiri merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya tentang CoronaVac pada orang dewasa berusia antara 18 dan 50 tahun. Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa suntikan ketiga vaksin yang diberikan enam bulan atau lebih setelah suntikan kedua akan menghasilkan peningkatan kadar antibodi yang luar biasa.

Usulan mengenai dosis ketiga sendiri sudah menjadi wacana yang berkembang di seluruh dunia. Beberapa negara seperti negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) juga menilai bahwa vaksin booster efektif dalam memperkuat imun dari virus corona.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa vaksin booster yang saat ini lebih banyak diterapkan negara kaya akan menciptakan defisit vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah.

"Kami membutuhkan pembalikan mendesak dari sebagian besar vaksin masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi, ke sebagian besar ke negara-negara berpenghasilan rendah," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanpa Pfizer Sinovac Cs, Vaksinasi Negara Ini Tembus 85%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular