Covid Hantam Ekonomi Lagi, Harapan Cuma Ada di Ekspor

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia berhasil tumbuh 7,07% pada kuartal II-2021. Namun diperkirakan akan kembali tertekan pada kuartal selanjutnya akibat kebijakan pengetatan mobilitas karena lonjakan penyebaran kasus positif covid-19.
Sumber pendorong pertumbuhan dinilai yang mampu bertahan adalah ekspor. Seiring dengan pemulihan ekonomi negara mau di dunia yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Di antaranya China, Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
"Menurut saya ekspor masih akan menjadi motor penggerak ekonomi pada Q3," ungkap pengusaha Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia.
Di sisi lain, harga komoditas juga masih tinggi. Seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, aluminium dan lainnya. Pemerintah bisa menggenjot ekspor biar ekonomi keseluruhan tetap berada di zona positif.
"Harga-harga komoditas akan cenderung membaik, dimana ekspor kita memang berasal dari sektor itu," jelasnya.
Selama April-Juni, ekspor mampu tumbuh 31,78% dan impor tumbuh 31,22%. Belanja pemerintah tumbuh 8,06%, investasi/PMTB tumbuh 7,54%, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93% dan LNPRT tumbuh 4,12%.
Investasi sebenarnya masih berpeluang untuk tumbuh, asalkan pemerintah memastikan Undang-undang (UU) Cipta Tenaga Kerja (Ciptaker) berjalan sesuai rencana.
"Tetapi ini juga ditentukan oleh proses transmisi di tingkat pelaksanaan, sering kali ini terjadi kelambatan, contohnya OSS masih mundur-mundur. Di beberapa daerah untuk urus izin misalnya masih mengikuti prosedur lama. Padahal sekarang ini rezim perizinan sudah berbasis pada resiko," paparnya.
Konsumsi rumah tangga memang terpukul paling dalam akibat pengetatan mobilitas. Peran belanja pemerintah melalui dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) diharapkan bisa dipercepat dan menggantikan porsi dari konsumsi rumah tangga.
"Overall yang terpenting adalah segera menurunkan penularan Covid-19, karena itu adalah sumber dari segala persoalan. Vaksinasi benar-benar harus dipercepat untuk mencapai herd immunity, vaksinasi kita masih rendah menurut standar WHO," terangnya.
"Sayangnya swasta yang ingin berpartisipasi terbentur dengan kekakuan pasar ketersediaan vaksin. Misalnya pelaku impor sangat dibatasi, akibatnya vaksin tidak tersedia secara lancar, demikian juga distribusi ke daerah. Ini tolonglah diperlonggar soal impor vaksin itu," ujar Sutrisno.
Keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia bisa tumbuh 3%. Asalkan penyebaran kasus positif covid bisa diredam serendah mungkin.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Keroyokan Galang Donasi untuk Atasi Pandemi Covid