Bos Chevron Beberkan Tantangan Pengalihan Rokan Kala Pandemi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak bagi hasil produksi minyak dan gas bumi (Production Sharing Contract/ PSC) PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Blok Rokan, Riau akan berakhir pada 8 Agustus 2021.
Per 9 Agustus 2021 Blok Rokan akan dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), anak usaha PT Pertamina (Persero).
Proses transisi ini ternyata tidak mulus-mulus saja, ada kendala yang dihadapi di lapangan, terlebih saat pandemi Covid-19 melanda.
Hal tersebut disampaikan oleh Albert Simanjuntak, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit dan President Director PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI).
Dalam wawancara pada Program Energy Corner Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (05/08/2021), Albert mengatakan CPI sudah melakukan kerja sama dengan pemerintah Indonesia dan PHR sejak awal 2019 untuk mempersiapkan dan melaksanakan terminasi dan alih kelola ini.
"Namun seperti kita semua alami, seluruh dunia dihantam pandemi Covid-19, Chevron juga CPI dalam hal ini termasuk kegiatan alih kelola juga mengalami tantangan yang luar biasa ini," paparnya.
Agar proses transisi ini tetap berjalan baik, maka dilakukan berbagai penyesuaian. Dalam proses transisi, salah satu yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan fisik pada aset-aset Blok Rokan.
"Ada sekitar 113 ribu aset yang menyebar di daerah Blok Rokan yang harus diperiksa bersama-sama dengan SKK Migas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," tuturnya.
Di tengah pemeriksaan aset-aset fisik, pihaknya juga harus memastikan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya sehat dan tidak terpapar Covid-19. Dia bersyukur meski demikian, proses transisi ini berjalan dengan lancar.
"Kita juga harus menjaga setiap orang yang terlibat, Puji Tuhan semua berjalan dengan lancar," ungkapnya.
Selain Covid-19, tantangan lain yang dihadapi adalah begitu besarnya aset dari Blok Rokan. Ada 113 ribu item aset yang sangat kompleks, sehingga diperlukan kerja sama dan kolaborasi dengan SKK Migas dan PHR, agar semua proses transisi ini bisa berjalan dengan lancar.
"Dan kerja sama yang erat adalah kunci keberhasilan dan mudah-mudahan saat ini kami on track untuk bisa menyerahterimakan pada 8 Agustus nanti kepada pemerintah untuk selanjutnya diserahkan ke PHR sebagai operator selanjutnya," ungkapnya.
Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan saat ini produksi minyak di Blok Rokan masih terjaga pada tingkat yang baik meski kontrak Chevron akan segera berakhir.
"Produksi Blok Rokan sampai saat ini masih terjaga pada tingkat produksi yang baik," paparnya kepada CNBC Indonesia, Senin (02/08/2021).
Produksi yang bisa dijaga ini menurutnya karena dalam proses alih kelola Blok Rokan, ada investasi pengeboran yang cukup masif. Benny menyebut ini adalah terobosan yang sangat baik dalam upaya untuk mempertahankan produksi.
Menurutnya, dengan adanya investasi pengeboran ini dan bila produksi dijaga dengan baik, maka sampai akhir tahun produksi minyak di Blok Rokan bisa mencapai 170.000 bph.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi terangkut (lifting) minyak Blok Rokan pada semester I 2021 ini rata-rata mencapai 160.646 barel per hari (bph) atau 97,4% dari target di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165.000 bph.
(wia)