Raup Pendanaan Sumitomo Cs, PLTS Terapung Cirata Operasi 2022

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 August 2021 11:15
Waduk Cirata (Detikcom)
Foto: Waduk Cirata (Detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat telah mengamankan pendanaan atau financial close pada 2 Agustus 2021.

PLTS berkapasitas 145 Mega Watt AC (MWAc) ini mengamankan sumber pendanaan dari tiga lembaga keuangan internasional, di antaranya Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Charter Bank.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan dalam konferensi pers kemarin, Selasa (03/08/2021).

Dengan tuntasnya urusan persyaratan dengan tiga lembaga pemberi pinjaman ini, maka pihaknya optimistis proyek pembangunan akan berjalan lancar dan bisa beroperasi pada November 2022 mendatang.

"Proyek ini melalui tahapan penting pada 2 Agustus capai titik kritis financial close, lender kami konfirmasi semua syarat terpenuhi, selanjutnya kawal hingga capai COD (Commercial Operation Date/ jadwal operasi) pada November 2022," tuturnya dalam konferensi pers, Selasa (03/08/2021).

Proyek PLTS yang bakal menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara ini diperkirakan akan menelan investasi sekitar US$ 145 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) karena setiap 1 MW diperkirakan membutuhkan investasi sekitar US$ 1 juta. Sebelumnya, investasi proyek ini diperkirakan sekitar US$ 129 juta.

Adapun sumber pendanaan proyek ini sebesar 80% berasal dari lembaga keuangan (lender) dan 20% dari modal perusahaan.

Pengembang proyek PLTS ini yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE). PMSE merupakan perusahaan patungan antara PT PJBI (51%), unit usaha PT PLN (Persero), dan Masdar (49%), unit usaha Mubadala, perusahaan energi asal Uni Emirat Arab.

Proyek ini berada di Waduk PLTA Cirata, Purwakarta, Jawa Barat dengan luasan 200 Ha.

Sementara harga jual listrik PLTS terapung ini nantinya sebesar 5,82 sen US$ per kilo Watt hour (kWh). Proyek pembangkit ini memiliki skema Build, Own, Operate, and Transfer (BOOT) selama 25 tahun.

"Proyek ini akan berdampak positif untuk target EBT 23% pada 2025 dan membantu mewujudkan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon. Proyek ini juga membuka lapangan kerja dan menaikkan industri dalam negeri," tuturnya.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury berpesan agar PLTS Terapung Cirata bisa rampung sesuai target yakni pada November 2022 mendatang, sehingga eksekusinya harus dipastikan berjalan dengan lancar.

"Dan untuk itu kami juga mohon dukungan, tentunya dari Kementerian terkait dan juga dari Pemda setempat khususnya, dalam hal ini adalah dari Provinsi Jawa Barat," lanjutnya.

PLT Terapung Cirata memberikan berkontribusi pada kenaikan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 0,2%. Kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) nasional sampai dengan semester I 2021 baru mencapai 7,9 Giga Watt (GW).

Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan total kapasitas pembangkit listrik nasional, baik milik PLN maupun pengembang listrik swasta (Independent Power Producers/ IPP) hingga semester I 2021 ini mencapai sekitar 63 GW.

Artinya, kontribusi pembangkit berbasis EBT hingga semester I 2021 ini baru mencapai 12,5%.

"Sampai semester I 2021 kapasitas pembangkit yang operasi 63 GW dengan porsi EBT sebesar 7,9 GW dan bauran EBT adalah 13%," kata Zulkifli.

Dengan masuknya proyek PLTS Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat berkapasitas 145 MW menurutnya akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas EBT sekitar 0,2%. Dia mengatakan, PLN akan terus mendukung pemerintah dalam upaya mencapai bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 mendatang.

"Tentunya proyek PLTS Terapung Cirata ini akan kontribusi tambahan EBT sekitar 0,2%. Kami, PLN, dukung pemerintah capai target bauran EBT nasional 23% pada 2025 mendatang," jelasnya.

Ke depan, imbuhnya, PLN akan terus berupaya memenuhi target bauran dengan mendorong pemanfaatan pembangkit EBT lainnya, di antaranya pengembangan pembangkit hidro, panas bumi, dan lainnya.

"Kami harap ke depan pembangunan PLTS Cirata akan jadi pemicu dalam pengembangan EBT, khususnya PLTS dengan tarif yang semakin kompetitif sebagaimana upaya PLN hadirkan energi bersih, handal, dengan keekonomian yang wajar," tuturnya.

Begitu juga dari sisi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pemerintah meminta agar proyek ini mengoptimalkan TKDN hingga 40%.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Imam Soejoedi berpesan agar dalam mengerjakan proyek ini, komponen dalam negeri diperhatikan.

Menurutnya, proyek ini wajib memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%.

"Pak Menteri berikan amanah pada kami untuk menyampaikan agar proyek ini wajib TKDN 40% dan harus bisa berikan kemanfaatan bagi daerah sekitar," paparnya.

Dia mengatakan, masuknya PLTS Terapung Cirata ke tahap financial close menjadi sentimen positif kepercayaan investor pada Indonesia.

"Kami apresiasi dari Kementerian Investasi dan BKPM. Kami dorong proyek green energy Indonesia. Indonesia canangkan 2045 masuk negara maju, diharapkan kita memiliki kemampuan gak hanya ekonomi, tapi juga dorong green economy," ucapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kapasitas Pembangkit Energi Terbarukan RI Baru 7,9 GW

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular