Internasional

Cerita Kematian Covid di AS, 'Tragedi' setelah Tak Mau Vaksin

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 August 2021 17:00
Cars line up at Miami Dade College North campus' COVID-19 testing site, Thursday, July 29, 2021, in Miami. Hospital admissions of coronavirus patients continue to soar in Florida with at least two areas in the state surpassing previous peaks reached during last summer's surge. (AP Photo/Marta Lavandier)
Foto: AP/Marta Lavandier

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan kasus infeksi dan kematian Covid-19 terbanyak di dunia. Sebanyak 35,8 juta orang sudah terpapar dan lebih dari 629 ribu orang tewas akibat virus corona.

Sebagai salah satu negara adidaya, AS seharusnya bisa mencegah atau bahkan menghindari tragedi ini. Lalu mengapa AS bisa 'kalah' terhadap pandemi?

Jawabannya, jutaan orang AS ogah dan menolak untuk divaksinasi. Dan, penolakan vaksinasi ini tentu lebih banyak berujung pada penyesalan dan kematian.

Michael Freedy, ayah lima anak di Las Vegas, memberikan pesan terakhir berisi penyesalan sebelum meninggal akibat terpapar Covid-19."Saya seharusnya mendapatkan vaksin sialan itu," katanya, dikutip dari CNN International, Selasa (3/8/2021).

Kejadian penyesalan ini juga menimpa keluarga Kim Maginn, nenek berusia 63 tahun di Arkansas, yang meninggal akibat Covid-19. Anaknya, Rachel Rosser, yang juga seorang perawat, menyesal tidak dapat meyakinkan Maginn untuk vaksinasi.

"Saya marah karena dia tidak divaksinasi. Dan saya pribadi merasa bersalah karena saya tidak berusaha lebih keras," kata Rosser.

Membebani Nakes

Tidak sedikit tenaga kesehatan (nakes) di AS yang kelelahan dengan fenomena ogah vaksin ini. Banyak pasien Covid-19, baik dengan gejala sedang hingga yang harus diinkubasi, tidak percaya mereka terpapar virus tersebut. Ada pula yang langsung meminta divaksin setelah terpapar virus corona.

"Beberapa orang bersikeras bahwa kami berbohong kepada mereka tentang diagnosis positif Covid-19 mereka, bahkan orang sakit," kata perawat Morgan Babin di Louisiana.

Akibat kelakuan orang-orang yang enggan divaksinasi, beban nakes kian besar dan berat.

"Ini juga sangat membuat frustasi. Kami juga manusia. Sebagai dokter, perawat, terapis pernapasan, dll., pada dasarnya kami memiliki obat ajaib," kata Dr. Murtaza Akhter, seorang dokter darurat di Florida International University.

"Kami memiliki sesuatu yang dapat membantu mencegah infeksi dan terutama sepenuhnya mencegah infeksi parah, namun orang-orang menolak untuk mendapatkannya. Dan mereka datang memohon bantuan tetapi juga menolak vaksin."

"Ini benar-benar ironis. Sejujurnya, ini sangat memicu kemarahan," tambah Akhter.

Ogah Vaksinasi Akibat Politik

Ada banyak alasan mengapa orang enggan divaksin. Beberapa ingin menunggu dan melihat apakah ada efek samping dari waktu ke waktu untuk divaksinasi.

Selain itu tidak sedikit masyarakat AS yang merasa bahwa penyakit Covid-19 tidak menimbulkan ancaman serius. Mereka melihat kebanyakan orang dapat sembuh dari infeksi, maka ada perasaan jika terpapar mereka akan baik-baik saja, jadi tak perlu divaksin.

Namun dalam banyak kasus, tekanan pekerjaan dan kesibukan menyebabkan beberapa orang menunda vaksinasi mereka. Tak hanya itu, politik juga memainkan peran besar mengapa orang ogah divaksinasi.

Salah satu penyebabnya adalah mantan Presiden AS Donald Trump yang mempolitisasi Covid-19. Selama ia menjabat, Trump tidak mendukung penggunaan masker dan vaksinasi di Negeri Paman Sam tersebut.

Propaganda anti-vaksin selama berbulan-bulan yang dilakukan oleh jaringan berita konservatif juga menstigmatisasi vaksin bagi banyak orang. Bahkan Partai Republik tampaknya membuat keputusan politik untuk menghindari vaksinasi, meskipun berpotensi menyelamatkan nyawa.

Sebuah jajak pendapat Universitas Monmouth yang diterbitkan pada Senin (2/8/2021) menemukan bahwa 17% tetap menentang mendapatkan vaksin sama sekali. Di antara kelompok itu, 70% mengidentifikasi atau condong ke Partai Republik, sementara hanya 6% yang bersekutu dengan Partai Demokrat.

Tapi apapun alasannya, orang yang menolak vaksin kini terancam risiko kesehatan. Tanpa proteksi vaksin, kemungkinan nyawa terenggut sangat besar saat terpapar virus corona yang kini memiliki banyak mutasi yang lebih menular.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Impor Vaksin RI Turun, Memang Sudah Cukup Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular