
ADB, Citi, HSBC, Prudential Bakal Danai Pemensiunan PLTU Asia

Dari sisi Indonesia, PT PLN (Persero) juga berencana mempensiunkan PLTU berbasis batu bara demi mengejar netral karbon pada 2060 mendatang.
Pada 2030 ditargetkan akan terjadi pengurangan kapasitas PLTU 1 Giga Watt (GW) dari rencana pensiunkan PLTU Subcritical tahap pertama, dan ditargetkan akan terus berlanjut secara bertahap hingga akhirnya pada 2056 tidak akan ada lagi PLTU beroperasi.
Akan tetapi, PLN juga punya skenario lain dengan asumsi PLTU masih tetap bisa dioperasikan hingga 2060, sehingga rencana mempensiunkan PLTU bisa batal dilakukan. Meski PLTU tetap bisa beroperasi, namun emisi karbon disebut bisa jauh berkurang.
Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Evy Haryadi mengatakan, skenario lain yang dimaksud adalah mengoperasikan PLTU dengan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Secara rinci dia menjelaskan, dengan skenario ini, pada 2025 PLN akan menggantikan PLTU dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 1,1 GW.
Selanjutnya, pada 2030 akan mempensiunkan PLTU Subcritical tahap pertama 1 GW. Lalu, pada 2035 PLTU akan beroperasi dengan menggunakan teknologi CCUS ini.
"Kami buat visi 15 tahun ke depan kita harapkan teknologi ini sudah bisa diterapkan yang ekonomis," paparnya dalam Webinar: Masa Depan Batu Bara dalam Bauran Energi Nasional, Senin malam (27/07/2021).
Jika skenario ini dilakukan, maka menurutnya PLN hanya perlu mempensiunkan PLTU dengan kapasitas 1 GW saja dari pembangkitnya yang sudah tua. Bila menjalankan skenario awal dengan mempensiunkan PLTU, rencananya 49 GW kapasitas PLTU akan dipensiunkan secara bertahap sampai 2056.
(wia)[Gambas:Video CNBC]
