Biden Bicara Jakarta Tenggelam, ke Mana Tanggul Laut Raksasa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat, sempat menyinggung soal Jakarta potensi tenggelam terkait perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Apa yang menjadi peringatan Biden, merupakan isu lama dan bahkan pemerintah Indonesia sudah sadar dan bahkan sudah ada rencana mengantisipasinya.
Salah satunya proyek tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall di pesisir utara Jakarta. Nasib proyek ini memang belum terdengar lagi, setelah sempat ada kepastian pembangunannya medio tahun lalu.
"Dijelaskan pak Basuki [Menteri PUPR] satu proyek tanggul laut Rp 5,68 triliun, satu program smelter, satu proyek penyediaan lahan pangan yang berada di Kalimantan Tengah dan ini sedang disiapkan juga," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Mei 2020.
Saat ini, Direktur Sungai dan Pantai Kementerian PUPR, Bob Arthur Lambogia juga menjelaskan terkait wacana Jakarta tenggelam menunggu hasil kajian terbaru. Untuk menjawab pertanyaan apakah benar setiap tahun permukaan tanah di Jakarta terus menurun.
"Subsidence (turunnya muka tanah) ini perlu dan sedang membuat rumusan terbaru, apakah masih terus berlanjut. Masih perlu ada kajian baru apakah benar turun terus tiap tahun atau tidak. Apakah turun dalam waktu terbatas atau ada batas hentinya," jelasnya kepada CNBC Indonesia.
"Kita berharap itu berhenti jangan berjalan terus sampai 5 - 10 tahun ke depan, tapi nanti jawabnya dari hasil kajian yang dilakukan," tambahnya.
Ihwal potensi tenggelamnya Jakarta sudah menjadi isu sejak lama. Banjir rob atau masuknya permukaan air laut di wilayah utara Jakarta juga terus terjadi tiap tahun.
Rencana ini juga tertuang dalam pengembangan National Capital Integrated Coastal Development (NCIC) dalam bentuk Giant Sea Wall, sebuah tanggul raksasa di bagian utara dari teluk Jakarta yang melindungi ibu kota dari banjir.
Bob menjelaskan perkembangan proyek Giant Sea Wall masih dalam proses pra desain terkait kapan pembangunan proyek ini lakukan juga masih menunggu kajian yang dilakukan,
"Giant Sea Wall ini proyek kerja sama hibah dari Korea Selatan dan Belanda. Saat ini dalam proses pra desain dan detail desain, juga menunggu kebijakan dari pemerintah. Ini membutuhkan budget yang besar. Sekarang masih dalam tahap pra desain," jelas Bob.
Mengutip laporan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) per Mei 2018, tertulis status perkembangan proyek masuk dalam konstruksi. Hasil lengkap review Bappenas atas NCICD ni sudah diserahkan kepada KPPIP. Adapun sumber pendanaan proyek ini berasal dari APBN dan APBD senilai Rp 600 triliun.
Dalam Rakorbangnas BMKG 2021 yang disiarkan dalam Youtube, Kamis (29/7), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dalam 20 tahun terakhir sejumlah daerah pesisir mengalami fenomena banjir rob.
Paling tidak ada 112 kabupaten kota di pesisir pantai Sumatera, Sulawesi, Kalimantan hingga Papua mengalami banjir Rob. Potensi kerugian diperkirakan mencapai Rp 1000 triliun.
"Potensi kerugian akibat banjir rob ditaksir melebihi Rp 1.000 triliun. Biaya tersebut harus dikeluarkan untuk pembuatan tanggul, infrastruktur, peninggian bangunan pesisir laut, hingga biaya relokasi," kata Luhut dalam acara itu.
Salah satu penanggulangan ini adalah pembuatan tanggul. Seperti yang dilakukan di Jakarta pembuatan tanggul membutuhkan dana mencapai Rp 200 triliun. Selain itu banjir rob juga diperparah dengan munculnya fenomena penurunan permukaan tanah yang terjadi di pesisir utara Jawa antara lain Jakarta, Pekalongan, Semarang, sampai Demak.
(hoi/hoi)