Perang Mulut, Israel-AS-Inggris Tuding Iran Tembak Kapal Oman
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Timur Tengah kembali memanas. Kali ini Israel bersama Amerika Serikat (AS) dan Inggris terlibat perang kata-kata dengan Iran soal penyerangan kapal tanker di Oman, yang dioperasikan pengusaha Israel.
Sebagaimana diwartakan Al Jazeera, kapal tanker Mercer Street yang berbendera Liberia itu diserang dengan drone di perairan lepas pantai Oman pada pekan lalu. Kapal itu merupakan kapal yang disewa Zodiac Management, sebuah perusahaan Inggris yang dimiliki miliarder Israel Eyal Ofer, dari sebuah perusahaan Jepang.
Dalam penyerangan itu, dua orang awak kapal berkewarganegaraan Rumania dan Inggris dilaporkan tewas. Israel merespon serangan ini dengan menuduh Iran sebagai dalang dari aksi mematikan ini meski begitu Tel Aviv belum melemparkan bukti apapun soal keterlibatan Teheran.
"Saya baru saja mendengar bahwa Iran, dengan cara yang pengecut, mencoba untuk mengelak dari tanggung jawab atas peristiwa tersebut. Mereka menyangkal hal ini. Saya menentukan, dengan kepastian mutlak: Iran melakukan serangan terhadap kapal itu," kata Perdana Menteri (PM) Israel, Naftali Bennett, dalam akun Twitternya, Minggu (1/7/2021).
"Bukti intelijen untuk ini ada dan kami berharap komunitas internasional akan menjelaskan kepada rezim Iran bahwa mereka telah membuat kesalahan serius. Bagaimanapun, kami tahu cara mengirim pesan ke Iran dengan cara kami sendiri."
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan bahwa dia yakin Iran melakukan serangan menggunakan drone bersenjata. "Tidak ada pembenaran untuk serangan ini, yang mengikuti pola serangan dan perilaku agresif lainnya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Tak hanya dari Israel dan AS, Inggris juga ikut bereaksi. Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan sangat mungkin Iran menyerang kapal tanker di perairan internasional dengan satu atau lebih drone.
"Kami percaya serangan ini disengaja, ditargetkan dan jelas merupakan pelanggaran hukum internasional oleh Iran," katanya.
"Iran harus menghentikan serangan semacam itu, dan kapal harus diizinkan untuk bernavigasi secara bebas sesuai dengan hukum internasional."
Iran pun menyangkal tuduhan ini. Pihak Negeri Para Mullah itu menyebut bahwa aksi ini dilakukan oleh pihak pengecut yang dianggap "membiarkan terorisme Israel terjadi".
"Ke mana pun rezim ini (Israel) pergi, ia membawa ketidakamanan, teror, dan kekerasan dengan sendirinya. Mereka yang bertanggung jawab (atas serangan ini) adalah orang-orang yang membiarkan rezim Israel menginjakkan kaki di wilayah ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh.
"Siapa yang menabur angin akan menuai badai."
Permusuhan antara Israel dan Iran telah terjalin sejak lama. Tetapi eskalasi diantara keduanya semakin meningkat pada beberapa bulan terakhir saat Teheran dan beberapa negara lainnya mencoba menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 (JCPOA).
Sementara itu, insiden Mercer Street ini sendiri terjadi beberapa hari sebelum Ebrahim Raisi dijadwalkan dilantik sebagai presiden kedelapan Iran pada Kamis (5/8/2021) mendatang. Raisi menginginkan agar Iran kembali ke kesepakatan nuklir yang disebut sebagai JCPOA itu.
Dalam prosesnya, pemulihan ini seringkali menemui hambatan. Hal ini disebabkan Iran dan AS yang masih berselisih mengenai sanksi mana yang harus dicabut dan bagaimana caranya. Selain itu, para pihak masih bernegosiasi mengenai bagaimana Teheran perlu mengurangi program nuklirnya yang telah berkembang secara signifikan setelah AS di masa Presiden Donald Trump mengabaikan kesepakatan nuklir itu.
(sef/sef)