Terungkap! Ini Nilai Kontrak EPC Smelter Freeport di Gresik

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
26 July 2021 16:17
Lahan Smelter Freeport  di Gresik (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Lahan Smelter Freeport di Gresik (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menunjuk dan menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan asal Jepang, PT Chiyoda International Indonesia, untuk kegiatan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) proyek smelter Manyar, Gresik, Jawa Timur, pada Kamis, 15 Juli 2021.

Kontrak ini mencakup pengerjaan proyek pembangunan smelter berkapasitas 1,7 juta ton pengolahan konsentrat per tahun serta fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.

Adapun produk dari hasil smelter ini yakni sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.

Meski sebelumnya PTFI enggan menyebutkan nilai kontrak EPC proyek smelter ini, namun Freeport McMoran (FCX), pemegang 49% saham PTFI mengungkapkan dalam laporan kinerja semester I 2021 pekan lalu, 22 Juli 2021 bahwa nilai kontrak EPC ini diperkirakan sekitar US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Nilai tersebut tidak termasuk bunga yang dikapitalisasi, biaya pemilik dan uji coba (commissioning).

Sebelumnya, Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak sempat menuturkan bahwa perkiraan nilai investasi untuk pembangunan proyek smelter baru Freeport di Manyar, JIIPE, Gresik ini mencapai US$ 3 miliar.

Bahkan, FCX memperkirakan proyek ini baru tuntas pada 2024.

"Ditargetkan bisa selesai sesegera mungkin pada 2024," ungkap laporan FCX tersebut, dan menambahkan target ini tergantung pada ada atau tidaknya gangguan selama pandemi ke depannya.

Berdasarkan amanat Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) di mana batas akhir mengekspor barang mentah, termasuk konsentrat tembaga yakni tiga tahun setelah UU ini disahkan, tepatnya pada Juni 2023 mendatang.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communications PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, Freeport akan berupaya merampungkan proyek ini pada 2023. Target ini menurutnya disesuaikan dengan komitmen Freeport pada saat kesepakatan divestasi 51% dengan pemerintah.

Seperti diketahui, dalam perjanjian divestasi saham yang dilakukan pada 2018, salah satu komitmen Freeport yaitu membangun smelter baru dan ditargetkan bisa beroperasi pada 2023.

"Kami berupaya menyelesaikan proyek ini sesuai dengan komitmen kami pada saat divestasi yaitu akhir 2023," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/07/2021).

Selain bangun smelter baru, Freeport juga tengah mengerjakan dua proyek lainnya, yaitu proyek ekspansi smelter yang dioperasikan PT Smelting saat ini dan proyek Precious Metal Refinery (PMR).

Berikut rincian masing-masing proyek:

1. Proyek ekspansi smelter PT Smelting:
Ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga PT Smelting sebesar 30% menjadi sekitar 1,3 juta ton per tahun.

Proyek ini diperkirakan memakan biaya sekitar US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,6 triliun dan ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada 2023.


2. Proyek PMR
Untuk memproses "lumpur" (slimes) dari pengolahan PT Smelting dan smelter yang baru di JIIPE, Gresik. Diperkirakan membuthukan biaya sekitar US$ 250 juta.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular