Lagi, Ramalan Sri Mulyani & Bos BI Terbukti! Apa Itu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 July 2021 13:30
Ilustrasi penjual sembako. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) masih memperkirakan laju inflasi bulan ini sangat lambat, bahkan hampir mendatar. Nyaris tidak ada kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan beberapa malah turun harga.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan IV, BI memperkirakan inflasi Juli 2021 sebesar 0,01% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Tidak berubah dibandingkan SPH pekan sebelumnya.

Dengan demikian, inflasi sepanjang 2021 atau tahun kalender (year-to-date/ytd) menjadi 0,75%. Sedangkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) adalah 1,45%.

inflasi

"Penyumbang utama inflasi Juli 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), bawang merah, kangkung, bayam, kacang panjang dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain daging ayam ras sebesar -0,09% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm), emas perhiasan dan jeruk masing-masing sebesar -0,02% (mtm), dan tarif angkutan udara sebesar -0,01% (mtm)," demikian keterangan tertulis BI.

Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata nasional telur ayam ras pada 23 Juli ada di Rp 25.900/kg. Sama persis dibandingkan posisi sebulan sebelumnya.

Harga gula pun terpantau stabil. Pada 23 Juli, harga gula pasir lokal adalah Rp 13.250. Dalam sebulan terakhir, harga tidak pernah beranjak dari titik itu.

Sedangkan harga sembako yang turun salah satunya adalah daging ayam ras. Akhir pekan lalu, harga rata-rata nasional daging ayam ras adalah Rp 33.700/kg. Turun 9,41% dari sebulan sebelumnya.

Tidak hanya itu, harga beras ternyata juga turun. Harga beras medium I pada 23 Juli adalah Rp 11.700, turun tipis 0,42% dari sebulan sebelumnya.

sembako

Halaman Selanjutnya --> Permintaan Masyarakat Lesu

Laju inflasi yang selow ini bisa dipandang dari dua kacamata. Pertama adalah pasokan yang memadai, dan kedua adalah permintaan yang melambat. Sepertinya yang disebut terakhir lebih mendekati realita di lapangan.

BI sudah memberi wanti-wanti bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sepertinya akan melambat. Ini karena penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai 3 Juli lalu.

"Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas, di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2021, pekan lalu.

Tidak hanya BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sudah memberi peringatan. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular membuat sejumlah negara memberlakukan pengetatan aktivitas publik, termasuk Indonesia.

Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. "Ini dilema. Dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juli 2021, minggu lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kasus Covid-19 RI Naik Tajam, Tapi Negara Ini Lebih Parah Sih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular