Harga Batu Bara to the Moon, Produksi 'Cuma' Naik 5% H1 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Senin, 26/07/2021 11:15 WIB
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi batu bara RI pada semester I 2021 tercatat mencapai 297,94 juta ton, atau 47,67% dari target tahun ini 625 juta ton.

Bila dibandingkan dengan semester I 2020 yang mencapai 283,3 juta ton, ini berarti produksi pada semester I 2021 naik 5,2%.

Capaian tersebut berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (26/07/2021).


Secara rinci, produksi pada Januari 20210 sebesar 47,73 juta ton, lalu Februari turun menjadi 46,11 juta ton.

Selanjutnya, pada Maret naik menjadi 49,43 juta ton, bulan April naik tipis menjadi 49,8 juta ton, lalu Mei turun tipis menjadi 49,56 juta ton, dan Juni naik tajam menjadi 55,31 juta ton.

Sementara itu realisasi kewajiban alokasi penjualan batu bara ke domestik atau Domestic Market Obligation (DMO) pada semester I 2021 mencapai 52,22 juta ton, atau 37,98% dari target tahun ini 137,50 juta ton. Namun sayangnya, belum ada data tercatat pad Juni 2021.

Adapun realisasi DMO Januari-Juni 2020 yang tercatat sebesar 64,88 juta ton.

Realisasi DMO pada Januari sebesar 9 juta ton, lalu Februari naik tipis menjadi 9,45 juta ton.

Kemudian, pada Maret naik menjadi 11,96 juta ton, bulan April turun tipis menjadi 11,63 juta ton, bulan Mei kembali turun menjadi 10,18 juta ton, dan bulan Juni belum ada data yang tercatat atau masih tercatat 0 juta ton.

Sebelumnya, Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) Juli 2021 sebesar US$ 115,35 per ton, naik hampir 15% dari HBA Juni 2021 US$ 100,33 per ton.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA di bulan Juli 2021 ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, konsumsi batu bara China terus mengalami lonjakan.

"Kapasitas pasokan batu bara domestik Tiongkok terus menipis seiring kembalinya geliat aktivitas pembangkit listrik," jelas Agung, dalam keterangan resmi Kementerian, Senin (5/7/2021).

Dia mengatakan, China sendiri cukup kewalahan memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri akibat terjadinya kendala operasional seperti adanya kecelakaan tambang dan perubahan cuaca berupa hujan yang ekstrem.

Selain China, imbuhnya, Jepang dan Korea Selatan juga menunjukkan grafis kenaikan serupa.

"Ini berimbas pada kenaikan harga batu bara global," imbuhnya.

Secara rinci, berikut data HBA tertinggi sejak 2012, berdasarkan data Kementerian ESDM:
- Maret 2012 US$ 112,87 per ton.
- Maret 2013 US$ 90,09 ton.
- Januari 2014 US$ 81,90 per ton.
- Maret 2015 US$ 67,76 per ton.
- Desember 2016 US$ 101,69 per ton.
- November 2017 US$ US$ 94,80 per ton.
- Agustus 2018 US$ 107,83 per ton.
- Januari 2019 US$ 92,41 per ton.
- Maret 2020 US$ 67,08 per ton.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: ESDM Kaji Peluang Koperasi Desa Merah Putih Kelola Tambang