Waspada RI, Ekonomi Tahun Ini Diramal Terseok-seok

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 July 2021 09:01
Ilustrasi jalur sepeda di Jakarta. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi jalur sepeda di Jakarta. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi RI akan terseok-seok tahun 2021 ini. Aspek ekonomi yang lebih mendominasi dibanding kesehatan dalam penanganan Covid-19 RI, membuat ini terjadi.

Ekonom Senior Fadhil Hasan menilai penanganan pemerintah lebih menitikberatkan pada akibat bukan sebab.Karenanya, kata dia, aspek ekonomi lebih mendominasi dibandingkan dengan kesehatan.

"Itu pun dilakukan dengan tidak fokus, dan dengan tata kelola yang lemah. Akibatnya, pandemi Covid 19 masih belum tertangani dengan baik dan ekonomi pun terseok-seok." katanya dalam Zoominari Kebijakan Publik Narasi Institute dikutip CNBC Indonesia. Sabtu (24/7/2021).

Setidaknya ada dua penyebab Indonesia kedodoran dalam penanganan pandemi sekaligus ekonomi. Menurutnya, hal itu adalah keengganan Pemerintah menerapkan UU karantina kesehatan dan munculnya varian baru yang lebih ganas.

Opsi kedua sebenarnya bisa lebih menangani asal pemerintah mengikuti anjuran kalangan dan ahli kesehatan yang menyarankan karantina wilayah. Sayang, ketika terjadi penyebaran varian Delta yang lebih membahayakan dan mematikan, pemerintah memilih mengikuti saran dan masukan dari kelompok pengusaha.

Ini kata dia, berakibat fatal. Krisis diperkirakan berjalan panjang dan berliku tanpa kejelasan kapan akan berakhir.

"Pemerintah enggan menerapkan UU Karantina Kesehatan, dan lebih memilih berbagai aturan baru yang menghindarkan pemerintah memenuhi dari kewajibannya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan, aturan penanganan pandemi Covid 19 seperti PSBB dengan segala modifikasinya dan PPKM, dengan segala variannya membuat penanganan pandemi Covid 19 tidak berjalan sebagaimana diharapkan," sebut Fadhil.

Akibatnya, ekonomi rakyat berbasis UMKM mengalami kematian, daya beli kelompok menengah bawah menderita karena restriksi yang diterapkan dan berbagai layoff yang diberlakukan. Kelompok masyarakat menengah atas pun kembali menahan konsumsinya.

"Hal ini diperparah dengan lambatnya berbagai program bantuan sosial yang diberikan pemerintah karena birokrasi dan mungkin ketidakcukupan anggaran," ujar Fadhil lagi.

Ia memprediksi ekonomi tidak langsung cepat bergerak. Bahkan sesetelah PPKM level 4 dinyatakan selesai pada akhir Juli 2021 nanti karena ekonomi butuh terkendalinya kasus Covid.

Perlu waktu untuk kembali kepada kegiatan ekonomi normal. Itu pun dengan asumsi bahwa pandemi Covid 19 sudah tertangani dengan lebih baik.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ujar dia, ketika pemerintah menerapkan PSBB pada pertengahan Maret 2020 pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 turun sebesar 2%. Ini dibanding triwulan I 2019, nampaknya hal ini akan terjadi lagi.

"Pertumbuhan ekonomi akan terpangkas tajam dibandingkan dengan prediksi awal berkisar 4%-5%. Berbagai lembaga internasional dan nasional sudah menngkonfirm hal terebut," katanya lagi.

Lebih buruknya, pertumbuhan ekonomi triwulan III dan IV 2021 nanti akan lebih tertekan. Sehingga target pertumbuhan pemerintah tidak dapat terpenuhi.

"Jika asumsinya adalah dengan PPKM Darurat ini pandemi Covid masih menunjukkan tanda yang belum membaik, maka bukan hanya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2021 yang mengalami koreksi tajam, bahkan pada triwulan berikutnya ekonomi akan terus tertekan," jelasnya.

Namun Fadhil optimis bahwa situasi ekonomi 2021 akan lebih baik daripada 2020 karena faktor eksternal tahun 2021 lebih kondusif, berbeda dengan tahun lalu. Misalnya Ekonomi AS dan China sudah kembali pulih dan tumbuh tinggi.

Di sisi lain, kemungkinan terjadinya tapering off akibat kenaikan tingkat suku bunga di AS perlu diwaspadai karena akan menyebabkan capital outflow yang pada gilirannya akan menekan neranca transaksi berjalan, nilai tukar dan inflasi.

Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) Achmad Nur Hidayat mengatakan pertumbuhan ekonomi 2021 akan positif namun tidak sesuai harapan pemerintah yaitu 4,1 sampai 5,1% karena kebijakan PPKM Darurat yang praktik dilapangan sangat lemah.

"Pertumbuhan ekonomi 2021 bisa positif di angka 2 sampai 3 persen bisa tercapai karena dorongan ekspor dan harga komoditas yang membaik namun bila varian delta dan varian baru tidak terkendali lagi maka ekonomi bisa negatif 1-2 persen" katanya.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia harus belajar dari varian delta sebaik-baiknya karena varian lain besar kemungkinannya akan muncul di tahun-tahun ke depan. Sehingga kita butuh institusionalisasi kelembagaan penanganan Covid-19 yang lebih permanen.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Terbaru IMF untuk RI: Positif, Positif, Positif!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular