Ada Ancaman Serbuan Daging Ayam Impor, RI Siapkan Jurus Baru!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
23 July 2021 14:50
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peternak Indonesia harus disiapkan untuk berdaya saing lebih ketat. Sebab lambat laun, serbuan daging ayam impor terutama dari Brasil suatu keniscayaan.

Salah satu yang membuat tak berdaya saing adalah harga pakan ayam di Indonesia masih mahal. Pemerintah berupaya melakukan beberapa cara supaya bisa menekan biaya produksi daging ayam nasional sehingga berdaya saing.

"Pertama menugaskan BUMN PT Berdikari memasok day old chick (DOC) dengan harga sesuai acuan yang ditetapkan Peraturan Menteri di Rp 5.000 - 6.000. saat ini stabil di rentang harga itu. Sehingga menekan harga DOC yang berkembang saat ini," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (23/7).

Lalu untuk mengendalikan harga pakan ternak, Oke menjelaskan pemerintah telah mengizinkan importasi gandum melihat harga jagung saat ini sudah relatif tinggi. Sumber pakan ayam gandum diharapkan dapat membantu peternak mendapatkan alternatif baru yang lebih murah.

"Maka kita bekerja sama dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak lakukan impor gandum sehingga jadi alternatif saat harga Jagung tinggi. Kalau tidak salah mencapai 300 ribu ton," katanya.

Oke menjelaskan, permasalahan mahalnya pakan ternak dari jagung bukan soal pasokan jagung dari dalam negeri. Dia mengatakan Indonesia bisa memasok kebutuhan pakan ternak dari jagung, hanya saja harga jagung mengikuti standar internasional yang berfluktuatif.

"Harga jagung lokal ikut harga internasional jadi melebihi harga acuan Rp 4.500, sekarang posisinya Rp 5.000 lebih. Sehingga impor gandum ini dibutuhkan sebagai alternatif," katanya.

Sebelumnya peternak juga sudah banyak mengeluhkan tingginya harga pakan, yang berdampak melonjaknya harga daging ayam.

"Yang urgensi harga pakan naik terus karena jagung naik. Jadi pakan naik terus, biaya produksi naik. Harga pakan berpengaruh karena 70% biaya produksi dari pakan. Jagung bisa diganti dengan tepung gandum tapi juga harus impor," kata Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/4/21).

Ketika upaya produksi dalam negeri juga memerlukan pakan impor, tidak menutup kemungkinan harganya bisa lebih mahal akibat proses distribusi. Akibatnya biaya produksi pun bisa menjadi lebih mahal. Dengan demikian, ancaman gulung tikar pelaku pasar juga semakin nyata.

Seperti diketahui serbuan daging ayam impor terutama dari Brasil suatu keniscayaan. Sebab Brasil saat ini di atas angin, setelah menggugat Indonesia di WTO terkait proteksi Indonesia terhadap peternak ayam lokal. Bila WTO meloloskan gugatan, yang kini tahap banding, maka Indonesia harus bersiap membuka pintu masuk impor daging ayam dari mana pun termasuk Brasil.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Terancam Diserbu Daging Ayam Impor, Sudah Lampu Kuning!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular