Mimpi RI: Produksi Minyak Blok Rokan Balik ke 400.000 Barel
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi minyak di Blok Rokan, Riau pada 2035 berpotensi bisa mencapai 400.000 barel per hari (bph).
Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman.
Dia menjelaskan dalam diskusi daring, Kamis (22/07/2021), produksi minyak 400.000 bph bisa dicapai jika beberapa hal dikerjakan, seperti monetisasi potensi low quality reservoir (Telisa).
Padahal, saat ini produksi terangkut (lifting) minyak Blok Rokan baru sebesar 160.646 bph pada semester I 2021 atau 97,4% dari target di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165.000 bph.
"Tadi sudah digambarkan produksi profile sampai 2035 bisa 400.000 barel (bph). Asal yang lapis-lapis dilakukan. Telisa jelas-jelas bisa dilaksanakan, kan paling cepat," ujarnya dalam diskusi daring, Kamis (22/07/2021).
Menurut Fatar, saat ini yang terpenting adalah keberanian dari Direktur Utama Pertamina Rokan Hulu (PHR). Pasalnya, mulai 9 Agustus 2021 PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mulai ambil alih pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia.
"Kita backup, makanya tadi Work Plan and Budget (WPNB) kita backup kalau diterima, apalagi gross split gampang terus," ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa strategi yang bakal dipakai dalam pengelolaan Blok Rokan. Strategi tahun 2021 di antaranya melakukan transisi Blok Rokan pada 8 Agustus dengan tuntas dan baik.
Dia mengatakan, beberapa strategi tersebut antara lain investasi pengeboran pada masa transisi yang masif dan agresif, serta persiapan program kerja peningkatan produksi selanjutnya, termasuk dari rencana kerja rutin, Enhanced Oil Recovery (EOR), rencana pengembangan, hingga eksplorasi lanjutan.
Kemudian, strategi jangka pendek dan menengah antara 2022-2025 di antaranya melakukan eksekusi program kerja peningkatan produksi secara masif, agresif, dan efisien, seperti monetisasi potensi low quality reservoir (Telisa).
Selanjutnya, fokus pada ekspansi dan optimisasi, rencana pengembangan (Plan of Development/ PoD) Phase 1 Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) Minas, serta optimasi penggunaan dana Komitmen Kerja Pasti (KKP).
"Paling gak, pindah ke PHR dimulai naik. Jangka menengah ada masif, agresif, efisien. Tiga tahun ini teman-teman PHR kerja keras lah. Siapin partner PHR, harus sejalan," ucapnya.
Strategi terakhir adalah jangka panjang untuk tahun 2026 dan seterusnya, di antaranya melanjutkan strategi jangka pendek dan menengah, lalu pengembangan chemical EOR skala besar/penuh di Lapangan Minas dan lapangan lain, serta monetisasi potensi yang belum ditemukan atau belum dieksplorasi.
"Jangka panjang mudah-mudahan EOR, upaya yang unconventional bisa terangkat," imbuhnya.
(wia)