Bonus Demografi, Indonesia Perlu Antisipasi Gap Learning

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Jumat, 23/07/2021 14:47 WIB
Foto: Perbaikan Fundamental Skill Siswa, Kunci Transformasi Pendidikan Nasional (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Co-founder dan Chief Education Officer Zenius Sabda PS mengungkapkan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang besar dan berpotensi besar, namun masih mentah karena kurangnya fundamental skill. Apalagi saat ini Indonesia mengalami bonus demografi dan menjadi salah satu fokus Zenius dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

"Kita memiliki potensi yang besar tapi mentah, kreatifitasnya luar biasa tapi belum keluar. Kalau dari sana potensi kita besar sekali, dan jangan sampai potensi mentah ini dibiarkan mentah dan jd beban demografi. Kami selama 17 tahun ini meningkatkan potensi dasar mereka agar menjadi sesuatu," ujar Sabda dalam Economic Update CNBC Indonesia.

Permasalahan Indonesia saat ini adalah kurangnya fundamental skill dan terjadinya kesenjangan pembelajaran (learning gap). Kesenjangan ini menurutnya terjadi dalam setiap tingkatan pendidikan bahkan juga siswa yang sudah lulus dan masuk dunia kerja.


"Bahkan SDM kita yang sudah lulus sekolah kekurangan fundamental skill, jadi kami merasa bagaimana harus menyediakan sesuatu di masyarakat sehingga bisa digunakan mengejarnya untuk semua kalangan dan umur. Hal ini bisa meningkatkan secara dramatis kekuatan SDM kita," ujarnya.

Dia menilai pentingnya Indonesia untuk mengikuti standar pendidikan internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) untuk mengukur fundamental skill dari siswa Indonesia. Diharapkan perbaikan standar ini bisa membuat sistem pendidikan lebih naik kelas dan memutus gap learning pada siswa.

"Misalnya untuk naik kelas, dibutuhkan nilai 70 tapi sebenarnya ada gap ketika sisa naik kelas. Banyak yang ketinggalan, dan baru ketika 5-6 tahun berlalu disadari banyak yang tertinggal. Learning gap masih tinggi dan tercermin dalam skor PISA," kata Sabda.

Dia menegaskan definisi pintar kini bukan lagi hanya sekedar menghapal melainkan juga bagaimana seorang berpikir. Selama ini pembelajaran yang ada di Indonesia menurutnya kurang memberikan ruang untuk siswa berpikir kritis dan kreatif, sehingga pengetahuan lebih bersifat sekedar tahu dan hapal.

"Kita harus mendorong agar bukan hanya tahu saja, tapi bagaimana yang kita tahu dan pikirkan ini menjadi relevan. Jika pola pikir yang dikembangkan ini akan menetap seumur hidup, ini yang harus diselesaikan," ujarnya.

Untuk itu dia pun mendukung adanya konsep merdeka belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim. Konsep ini menurutnya bisa memperkuat fundamental skill , fokus pada pembelajaran dasarnya yakni pola pikir bagi siswa.

Demi menyelesaikan masalah gap pembelajaran pada pendidikan di Indonesia, Zenius melakukan transformasi dalam proses belajarnya menggunakan artificial intelligent (AI). Sehingga setiap pembelajaran dapat lebih personal dan sesuai kebutuhan siswa.

"Pengalaman kami dalam satu kelas saja, skill mereka tidak merata. Kami mau mengajar matematika yang sifatnya akumulatif misalnya, tapi beberapa dari mereka ada yang belum menguasai dasarnya maka akan sulit kalau menangani satu-satu," kata Sabda.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menaker Blak-blakan Soal Satgas PHK - Daya Saing Pekerja RI