
Ini Saran Bos Zenius untuk Transformasi Pendidikan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Co-founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS menilai pentingnya Indonesia untuk mengikuti standar pendidikan internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) untuk mengukur fundamental skill dari siswa Indonesia. Diharapkan perbaikan standar ini bisa membuat sistem pendidikan lebih naik kelas dan memutus gap learning pada siswa.
"Misalnya untuk naik kelas, dibutuhkan nilai 70 tapi sebenarnya ada gap ketika sisa naik kelas. Banyak yang ketinggalan, dan baru ketika 5-6 tahun berlalu disadari banyak yang tertinggal. Learning gap masih tinggi dan tercermin dalam skor PISA," kata Sabda dalam Economic Update, Senin (19/7/2021).
Dia menegaskan definisi pintar kini bukan lagi hanya sekedar menghapal melainkan juga bagaimana seorang berpikir. Selama ini pembelajaran yang ada di Indonesia menurutnya kurang memberikan ruang untuk siswa berpikir kritis dan kreatif, sehingga pengetahuan lebih bersifat sekedar tahu dan hapal.
"Kita harus mendorong agar bukan hanya tahu saja, tapi bagaimana yang kita tahu dan pikirkan ini menjadi relevan. Jika pola pikir yang dikembangkan ini akan menetap seumur hidup, ini yang harus diselesaikan," ujarnya.
Untuk itu dia pun mendukung adanya konsep merdeka belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim. Konsep ini menurutnya bisa memperkuat fundamental skill , fokus pada pembelajaran dasarnya yakni pola pikir bagi siswa.
Sabda mengungkapkan sejak Zenius berdiri 2004 pihaknya fokus mengembangkan fundamental skill, sehingga bukan sekedar pengetahuan. Fundental skill menurutnya bisa dipelajari dari berbagai keilmuan, yang kemudian menjadi sarana melatih pemikiran analitis hingga pemikiran kritis.
"Dengan merdeka belajar tadi anak-anak punya kebebasan untuk mereka bisa explore sesuai minat mereka tapi dengan koridor yang bagus," kata dia.
Untuk menyelesaikan masalah gap pembelajaran pada pendidikan di Indonesia, Zenius melakukan transformasi dalam proses belajarnya menggunakan artificial intelligent (AI). Sehingga setiap pembelajaran dapat lebih personal dan sesuai kebutuhan siswa.
"Pengalaman kami dalam satu kelas saja, skill mereka tidak merata. Kami mau mengajar matematika yang sifatnya akumulatif misalnya, tapi beberapa dari mereka ada yang belum menguasai dasarnya maka akan sulit kalau menangani satu-satu," kata dia
Apalagi di masa pandemi Covid-19 akses belajar siswa semakin terbatas terutama untuk kemampuan sosial yang biasanya terjadi pada interaksi di sekolah. Hal ini juga berdampak pada kehilangan pembelajaran atau learning loss yang besar sehingga kondisinya memprihatinkan.
"Ada impactnya dalam pembelajaran mereka dan terjadilah learning loss yang besar. Ini terjadilah riset-riset dari seluruh dunia ada learning loss yang besar karena pandemi dan di Indonesia sendiri, diperparah karena sudah ada gap yang terjadi akumulasi sebelumnya dan kondisinya memprihatinkan," kata Sabda.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perbaikan Fundamental Skill, Kunci Transformasi Pendidikan RI