
Fakta 3 Vaksin Covid-19: Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga jenis vaksin corona yakni Sinovac, Sinopharm dan AstraZeneca saat ini digunakan di Indonesia. Masing-masing dari ketiga jenis vaksin corona ii memiliki kelebihan dan kekurangannya, namun ketiganya juga telah mengantongi izin penggunaan dari organisasi Kesehatan dunia WHO.
Di antara ketiga jenis vaksin Covid-19 ini, yaitu Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm, manakah yang paling meyakinkan ?
Berikut kami rangkum perbandingannya.
Sinovac
Efikasi
Secara efikasi, berdasarkan uji klinis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) , Efikasi dan Sinovac sebesar 65,3% dimana angka ini telah memenuhi persyarakan WHO yakni di atas 50%.
Efek Samping
Dalam uji klinis yang dilakukan di bandung menunjukkan efek samping Sinovac bersifat rinngan hingga sedang.
Beberapa efek samping local yang sering terjadi :
Nyeri
Indurasi atau iritasi
Kemerahan
Pembengkakan
Efek samping sistemik :
Myalgia atau nyeri otot
Fatigue atau kelelahan
Demam
Dosis dan interval penyuntikan
Vaksin COVID-19 Sinovac memiliki dosis 0,5 ml per penyuntikan, dengan jarak penyuntikan pertama hingga kedua 28 hari pada dewasa berusia 18-59 tahun.
Efikasi
Dari studi di lancet, uji klinis tahap ke-3 di Brasil, Afrika Selatan dan Inggris menunjukkan efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen. Sedangkan WHO menyatakan AstraZeneca 63,09% mamapu mencegah gejala pada infeksi COVID-19.
Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyatakan bahwa hingga Mei 2021, sekitar 9.000 kasus KIPI non-serius dan 18 kasus KIPI serius pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca. Keluhan non-serius mencakup demam, nyeri, mual, hingga lelah.
Vaksin AstraZeneca beberapa kali diduga memicu kasus pembekuan darah, terlebih pada penerima vaksin berusia muda.
Berikut efek samping yang dilaporkan selama uji klinis vaksin AstraZeneca dikutip dari laman GOV.UK
Sangat umum (mempengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)
- Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan
- Merasa tidak enak badan
- Menggigil atau demam
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot
Umum (dirasakan 1 dari 10 penerima)
- Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Radang tenggorokan
- Pilek atau batuk
- Menggigil
Jarang (dirasakan 1 dari 100 penerima)
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih
- Kulit gatal atau ruam
Dosis dan interval pemberian
Penyuntikan dosis 1 dan 2 vaksin AstraZeneca bersela waktu 12 minggu atau sekitar 3 bulan. Penentuan waktu ini mengacu pada studi tentang interval paling tepat untuk efikasi vaksin terbaik.
"Interval antara 8-12 minggu berkaitan dengan efikasi vaksin yang lebih baik," menurut WHO dalam laman resmi.
Efikasi
Pada Uji Klinis fase 3 yang dilakukan pada lebih dari 42.000 subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan, efikasi dari vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen. Sementara itu pengukuran berdasarkan imunogenitas vaksin setelah 14 hari penyuntikan dosis ke-2, 98,09 persen orang dewasa dan 97,62 persen lansia menunjukka adanya pembentukan antibodi.
Mengenai imunogenesitas, 99,52 persen orang dewasa dan 100 persen lansia menunjukkan pembentukan antibodi yang dapat menetralisasi virus SARS CoV-
Efek Samping
Frekuensi kejadian masing-masing efek samping dari vaksin ini 0,01 persen atau sangat jarang, menurut Kepala BPOM, Penny K Lukito, efek samping vaksin Sinopharm bisa ditoleransi dengan baik.
Dosis dan Interval penyuntikan
Pemberian dosis kedua vaksin ini kepada orang dewasa diatas 18 tahun, adalaah 21-28 hari dari dosis pertama pemberian vaksin.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Vaksinasi Anak di RI Bisa Pakai Sinovac dan Pfizer
