
Tak Ada yang Sangka 2021 Begini, Dari Luhut Juga Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada yang menyangka sekalipun membayangkan covid-19 akan segitu ganasnya di muka bumi. Tidak juga bagi Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan maupun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Luhut mengakui kondisi sekarang terjadi di luar bayangannya. Benar kasus covid meningkat namun tidak secepat ini.
Hal ini disampaikan Luhut saat konferensi pers virtual, Kamis (15/7/2021). Luhut menyebut varian delta adalah biang keroknya.
"Kasus meroket sudah kita duga terjadi, cuma terus terang gak kita duga secepat ini. Delta ini banyak yang gak paham betul," terang Luhut.
Indonesia memiliki kasus aktif sebanyak 480 ribu di atas India, dengan tambahan 56 ribu orang positif dalam sehari. Total yang terjangkit mencapai 2,7 juta orang dan 70 ribu orang meninggal dunia.
Sebab, memang bukan cuma di Indonesia terjadi peningkatan. Beberapa negara juga alami kondisi yang sama, baik di Eropa maupun Amerika Serikat (AS). Sehingga pemerintah mana pun kewalahan menghadapi varian delta.
"Gak hanya kita, banyak negara lain yang kena karena ilmu dunia kedokteran belum sampai ke sana," jelasnya.
Begitu juga dengan kesiapan rumah sakit (RS) dan fasilitas kesehatan. Pemerintah sudah mengupayakan beberapa tempat sebagai RS darurat di luar yang sudah ada. Tenaga kesehatan juga ditambah dengan merekrut lebih cepat lulusan kedokteran.
Terkait dengan oksigen, selain dari dalam negeri, Luhut juga meminta bantuan kepada negara lain. Seperti Singapura, Uni Emirate Arab hingga China.
"Mengenai kapasitas oksigen seperti ini, tidak pernah kita bayangkan bahwa kita akan menghadapi seperti ini dan tidak ada di dunia pun yang pernah menduga," pungkasnya.
Halaman Selanjutnya >> Sri Mulyani Tak Menyangka
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tak pernah membayangkan jika tahun ini Covid-19 di Indonesia makin melonjak. Terutama dengan munculnya banyak varian baru Covid-19.
Menurutnya, pada tahun lalu saat menyusun APBN 2021, pemerintah optimis bahwa tahun ini akan menjadi fase pemulihan perekonomian dari Covid-19. Sehingga pertumbuhan ekonomi dipatok cukup tinggi kembali ke 5%.
Namun pada awal tahun petaka muncul yaitu varian baru virus yang lebih ganas. Salah satunya delta yang penularannya lebih cepat berkali-kali lipat dibandingkan virus Corona aslinya.
"Oktober tahun lalu kita melihat proyeksi PDB di India bisa double digit tinggi, karena belum ada varian delta. Delta terjadi di India Maret 2021 dan sekarang meluas ke 96 negara. Itu yang tidak terlihat pada saat kita membuat APBN 2021," kata Sri Mulyani.
"Dalam proses recovery untuk 2021, KEM PPKF defisit 3,21-4,17% karena waktu itu kita membayangkan 2021 itu recovery yang non stop kuat tidak ada kemudian yang muncul varian alpha hingga delta. Sehingga ketika kita bahas dengan DPR, defisit jadi 5,7%."
Kondisi ini dinilai membuat pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan meleset dari target, di mana perekonomian sepanjang tahun di revisi hanya bisa tercapai 3,7%-4,5%. Apalagi saat ini tengah dilakukan kembali pengetatan mobilitas melalui kebijakan PPKM Mikro Darurat.
Dengan kebijakan ini, APBN diharuskan bekerja sangat fleksibel dan responsif terutama untuk membantu masyarakat miskin di tengah PPKM darurat. Seperti melanjutkan memberikan bantuan sosial bagi masyarakat hingga pelaku usaha.
Ini adalah pilihan sulit yang harus dilakukan pemerintah saat terjadi kenaikan kasus. Di mana harus terus mencari keseimbangan antara kesehatan dan perekonomian serta sosial ekonomi.
"Dinamika ini yang selalu dihadapkan pada kami sebagai pengelola kebijakan fiskal. APBN mencoba melakukan fungsi ini secara terus menerus, secara seimbang dan responsif. Penyebaran covid akan menjadi cermin driver force dan bagaimana menjaga dan memberikan proteksi sosial terutama ke masyarakat yang akan terdampak apabila pengetatan mobilitas terjadi," jelasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cegah Klaster Keluarga, Luhut Dorong 'Rumah Oksigen'