Kisah Yudas Paragaye, Pemuda Papua di Tanah Sunda
Jakarta, CNBC Indonesia - Yudas Paragaye ialah Ketua Ikatan Mahasiswa Se-Tanah Papua di Bandung Jawa Barat. Yudas menginjak tanah jawa sejak tahun 2017 dan menempuh studi Ilmu Kepolisian di Universitas Lang-Lang Buana Bandung. Sebagai mahasiswa Papua yang hidup di tanah rantau, Yudas mengalami serangkaian proses adaptasi hingga akhirnya dapat berbaur dengan mahasiswa lainnya.
Pria yang akrab disapa Yudas ini membagikan kisahnya kepada para peserta Bincang-Bincang "Katong Papua, Katong Berprestasi" yang digelar oleh Direktorat Informasi dan Komunikasi Polhukam Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia beberapa waktu lalu. "Kalo sa sebenarnya di Bandung itu sa senang, orangnya ramah-ramah, hanya kadang bahasa saja yang jadi kendala mungkin tong belum paham mereka, atau sebaliknya" ujar Yudas.
Ketua Asrama Papua di Jl. Cilaki ini juga menceritakan perbedaan kultur yang kadang menjadi kisah lucu yang bisa dikenang olehnya untuk lebih banyak belajar beradaptasi. "Satu contoh, awal saya datang kesini tu, sa bilang pesan teh, ternyata di Bandung itu teh tra dikasih gula, sa bingung sa tanya, ini teh tra dikasih gula kah? Sa disini bayar, tapi saat tau disini memang kalo teh itu tawar sa Cuma tertawa," kenangnya.
Pengalaman Yudas menempuh pendidikan di luar Papua, khususnya di Bandung Jawa Barat bersama dengan banyak mahasiswa lainnya ialah keterbatasan biaya, namun demikian Yudas mengaku para mahasiswa Papua tetap berupaya untuk dapat mengukir prestasi di perantauan. "Kita punya semangat belajar itu tinggi sekali, baik di jurusan teknik, perawat, hokum, macam-macam, Cuma memang kadang biaya itu sedikit jadi kendala, biar begitu teman-teman disini katong semua berusaya untuk bisa dapat beasiswa atau belajar rajin supaya cepat lulus," ujar Yudas.
Yudas juga mengharapkan adanya dukungan dari Pemerintah daerah untuk bisa mengoptimalkan proses belajar mengajar mahasiswa papua di luar Papua. "Kita tahu Pemerintah Pusat itu sudah maksimal programnya untuk kami pemuda Papua, justru kami mohon dukungan dari Pemerintah Daerah untuk dapat membantu kami dalam kebutuhan proses belajar mengajar, bantuan dari Pemerintah Daerah ini sangat bermanfaat untuk kami," jelasnya.
Bagi Yudas, adaptasi bahasa dan budaya butuh keseriusan terutama bagi mahasiswa Papua yang merantau untuk menempuh studi agar selama belajar dan di kehidupan kampus mahasiswa Papua bisa nyaman dan berprestasi.
"Kadang orang liat fisik kita pertama takut, padahal dorang belum tau kita pu hati ini lembut sekali," ujar Yudas sambil tertarwa. Celotehan Yudas disambut oleh sang pemandu acara Putri Nere yang juga Miss Papua 2006 "Iyo betul sekali, mulai sekarang jangan liat tong pu fisik, kalo so tau so dekat kalian bisa dapat tong pu cinta," ujar Putri Nere sambil tersenyum.
(yun/yun)