Walau Pandemi, Jumlah Orang Kaya di Indonesia Nambah Banyak!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 July 2021 13:19
BMW M3 (kiri) dan M4 (kanan). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: BMW M3 (kiri) dan M4 (kanan). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah orang kaya di Indonesia bertambah tahun lalu, meski kondisi sedang prihatin karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kenaikan harga aset membuat jumlah orang kaya malah bertambah.

Mengutip laporan Credit Suisse, jumlah orang dengan kekayaan di atas US$ 1 juta (Rp 14,49 miliar dengan asumsi US$ 1 setara Rp 14.486 sesuai kurs tengah Bank Indonesia 12 Juli 2021) di Indonesia adalah 172.000 orang, Bertambah 62,3% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Dibandingkan dengan seluruh populasi, jumlah jutawan (dalam dolar Amerika Serikat lho, bukan rupiah) di Indonesia hanya 0,1%, tidak berubah dibandingkan 2019.

Menurut laporan tersebut, jumlah orang kaya di Tanah Air bertambah karena kenaikan harga aset. Salah satunya didorong oleh suku bunga rendah yang mendorong harga aset di pasar keuangan.

Tidak hanya di sektor keuangan, harga aset fisik seperti properti pun masih membukukan kenaikan meski lajunya melambat. Pada 2020, indeks harga hunian residensial naik1,55% yoy.

Bagi para jutawan ini, penghasilan mereka bukan melulu dari gaji bulanan. Investasi bisa menjadi tambahan penghasilan, bahkan kadang kala lebih tinggi ketimbang upah tetap yang perkembangannya hanya mengikuti laju inflasi.

Laporan Credit Suisse memberi konfirmasi bahwa kesenjangan di antara rakyat Indonesia agak melebar. Ini terlihat dari data indeks gini yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Indeks gini adalah indikator yang mengukur tingkat pengeluaran penduduk yang dicerminkan dengan angka 0-1. Semakin rendah angkanya, maka pengeluaran semakin merata.

Per September 2020, indeks gini Indonesia ada di 0,385. Naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 0,38.

Halaman Selanjutnya --> Pandemi Malah Memperparah Ketimpangan

Awal tahun ini, organisasi nirlaba Oxfam juga telah memperingatkan soal peningkatan ketimpangan gara-gara pandemi. Oxfam mencatat 1.000 orang terkaya di dunia berhasil memperoleh kekayaan mereka yang sempat hilang hanya dalam waktu sembilan bulan. Sementara bagi orang-orang miskin, angka kemiskinan naik ke level di mana kemajuan selama 10 tahun terakhir seakan tidak ada artinya.

"Bagi orang-orang kaya, resesi sudah selesai. Gabungan kekayaan 10 orang terkaya di dunia naik US$ 500 miliar sejak pandemi dimulai. Uang sebanyak ini cukup untuk membayar vaksin bagi seluruh umat manusia di bumi," sebut laporan berjudul The Inequality Virus tersebut.

Pandemi virus corona, menurut kajian Oxfam, membuat ketimpangan semakin dalam di banyak negara secara bersamaan. Saat orang-orang terkaya hanya butuh sembilan bulan untuk bangkit, orang miskin perlu waktu 14 kali lebih lama dari itu. 

Pada Desember 2020, Oxfam memperkirakan kekayaan orang-orang paling tajir di kolong atmosfer mencapai US$ 11,95 triliun. Uang yang setara dengan total belanja stimulus fiskal di negara-negara G20.

 

"Ketimpangan ekstrem bukan tidak bisa dhindari, ini hanya soal pilihan kebijakan. Pemerintah di seluruh dunia harus berpihak kepada kesetaraan, ekonomi yang inklusif dan bisa mengakhiri lingkaran kemiskinan.

"Upaya melawan ketimpagan harus tercemin dalam belanja pemulihan ekonomi. Pemerintah harus memastikan semua orang bisa mendapatkan vaksin. Pemerintah juga wajib memberikan bantuan kepada mereka yang kehilangan pekerjaan karena pandemi. Ini bukan hanya kebijakan sesaat, tetapi harus menjadi sebuah new normal agar pemulihan ekonom bisa dinikmati semua orang, bukan hanya mereka yang punya previlese," jelas Gabrielle Bucher, Direktur Eksekutif Oxfam International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular