Tsunami Kebangkrutan Nyata, Pengusaha Kolaps Dihantam Pandemi
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada pengusaha yang harus menjual aset-aset mereka untuk bertahan di tengah pandemi. Di sektor transportasi banyak armada dijual oleh pemiliknya, di sektor hotel banyak pengusaha menjual hotel-hotelnya. Selain itu kini banyak juga aset perkantoran mulai dijual khususnya di DKI Jakarta.
Ada juga pengusaha yang menjual aset berharga seperti rumah termasuk mereka yang tinggal di kawasan elite DKI Jakarta. Akibat pandemi berkepanjangan banyak kalangan atas juga butuh uang (BU).
"Latar belakang kalangan atas mulai mau melepas properti di kawasan elite misalnya karena usahanya nggak maju, jadi mau bayar kewajiban utang di bank yang lainnya. Kemudian ada juga yang sudah memasuki usia pensiun," kata Ketua DPC AREBI Jakarta Utara Jopie Hori kepada CNBC Indonesia.
Fenomena ini menyebabkan pasar properti bekas makin limbung. Adanya tren penawaran ini makin banyak, sehingga berdampak pada suplai yang tinggi dan imbasnya harga turun.
"Penurunan harga di kawasan Kelapa Gading, Sunter, Muara Karang, Pluit, Pantai Indah Kapuk (PIK) yaitu kisaran 10% sampai 15% atau maksimal di 20%. Ada yang jual murah sampai 20% penurunan tapi tidak menjadi patokan harga secara keseluruhan. Ketika properti tersebut dijual sangat murah, karena rumah warisan yang mau dibagi kepada saudara yang lain," sebut Jopie.
Selain di Jakarta Utara, kondisi serupa juga terjadi di wilayah lainnya semisal Jakarta Selatan. Beberapa pemilik rumah menjual karena adanya desakan untuk membagi hasil penjualan untuk warisan, dan faktor lainnya.
"Sama ya seputar warisan, kemudian untuk biaya berobat, ada juga yang harus melunasi kredit karena properti dalam jaminan atau agunan, aset diam tidak menghasilkan atau karena butuh cash saja," jelas Ketua DPC AREBI Jakarta Selatan AREBI Jakarta Selatan Andria Dian Palupi.
Ada Tren Rumah Elite Dijual
Country Manager Rumah.com Marine Novita menjelaskan kenaikan pasokan rumah di area Menteng dan Pondok Indah sudah terjadi sejak Q3-2020. Saat memasuki tahun 2021 masih terjadi kenaikan suplai tapi tidak setinggi pada semester kedua 2020.
"Banyak pemilik rumah memang ingin menjual rumah di kedua daerah itu sejak Q3-2020, namun sampai sekarang belum terjual. Harga juga semakin turun dari periode itu," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (12/7/2021).
Marine menjelaskan, penurunan harga disebabkan naiknya suplai pada Q3-2020. Walaupun harga sempat bertahan di Q4 lantas turun lagi di Q1-2021. Lalu penurunan harga berlanjut drastis pada Q2-2021 di kawasan Menteng. Sedangkan di kawasan Pondok Indah harga tetap bertahan.
Jika dibandingkan dengan kenaikan dan penurunan indeks harga pada Q1 menurut data Rumah.com Indonesia Property Market Index Q2 2021, wilayah-wilayah di DKI Jakarta mengalami penurunan secara merata di kisaran 0,44% per kuartal.
Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang turun sebesar 1,52% (quarter-to-quarter) pada kuartal pertama 2021. Sementara itu, Jakarta Selatan turun sebesar 1,19% (quarter-to-quarter).
Artinya Menurut Marine, tingkat penurunan harga di area Menteng dan Pondok Indah masih lebih rendah dibanding tingkat penurunan secara umum di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
(hoi/hoi)