Galau Lockdown atau PPKM Darurat, Ekonom Juga Beda Pendapat!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 June 2021 13:50
Infografis/12 Negara Lockdown cegah COVID-19/Aristya Rahadian krisabella
Foto: Infografis/12 Negara Lockdown cegah COVID-19/Aristya Rahadian krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dikabarkan akan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan (PPKM) Mikro Darurat. Namun, bagaimana dampak terhadap perekonomiannya, apakah akan membuat ekonomi bisa lebih baik ketimbang dilakukan lockdown?

Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira memandang dengan diberlakukannya PPKM Darurat ini justru akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara negatif.

Seperti diketahui, pemerintah berencana untuk menerapkan PPKM Darurat. Di mana pada zona merah dan oranye harus melakukan kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) 75%.

Kemudian juga seluruh restoran, cafe, pedagang kaki lima hanya boleh beroperasi hanya sampai pukul 17.00 dengan kapasitas maksimal 25% dan layanan takeaway hanya bisa dilakukan hingga pukul 20.00. Hal tersebut rencananya akan dilakukan mulai tanggal 2 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021.

"Di akhir tahun ekonomi akan negatif sampai 0,5%. Sehingga ada kehilangan PDB sebesar Rp 848 triliun sepanjang 2021. Ini dengan asumsi bahwa PPKM yang ada sekarang. Karena tidak berbeda jauh dengan PPKM yang sudah ada," jelas Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/6/2021).

Hal yang efektif harus dilakukan menurut Bhima adalah dengan melakukan Lockdown selama 14 hari. Sehingga setelah dilakukan lockdown angka penularan bisa turun dan ekonomi bisa kembali melesat.

"Lewat PPKM Darurat ini efektivitasnya pun diragukan. Maka dikhawatirkan kasus harian Covid-19 masih tinggi dan akan menimbulkan tekanan dan ketidakpastian dalam jangka panjang," kata Bhima melanjutkan.

Di sisi lain, Kepala Ekonom BCA David Sumual memandang, upaya pemerintah untuk menekan penularan Covid-19 saat ini sebaiknya disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pemerintah diharapkan bisa mengambil 'dosis' kebijakan dengan tepat.

"Karena ini dilematis, kalau lockdown pasti ekonomi akan terkena sangat dalam dan kemampuan pemerintah terbatas, tidak seperti negara lain yang punya kemampuan anggaran lebih baik," jelas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/6/2021).

Berkaca pada pengalaman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tahun lalu, angka kasus menurun, tapi dampak ekonominya tidak signifikan.

Pun, kata David jika Indonesia melakukan lockdown tidak ada jaminan penularan kasus Covid-19 akan hilang. "Australia kan sudah berkali-kali lockdown. Sydney kasusnya cuma 100 orang, tapi kemudian mereka memutuskan lockdown, sehingga ekonominya berdampak," tuturnya.

"Pendekatan dinamis (PPKM Mikro Darurat) ini pas. Tapi jangan sampai rumah sakit over capacity sehingga kita kewalahan. Paling penting kita harus lebih siap dari tahun lalu," jelas David.

David pun memproyeksikan jika pengendalian kasus Covid-19 melalui upaya yang ada saat ini atau lewat PPKM Mikro, pertumbuhan ekonomi di tahun ini masih akan tumbuh di atas 4%.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cerita Awal Pandemi, Jokowi Sampai Semedi 3 Hari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular